Sejarah Kerajaan Melayu – Kerajaan ini terletak di wilayah pulau Swarnabumi atau Swarnadwipa, yang disebut dengan pulau emas dengan tambang emas dan pada awalnya mampu mengendalikan perdagangan.
Diketahui bahwa keberadaan kerajaan yang mengalami pasang surut dimulai di Minanga pada abad ke-7, di Dharmasraya pada abad ke-13 dan di Suruaso atau Pagaruyung pada awal abad ke-15.
Dalam pembahasan kali ini, kami akan menjelaskan secara lengkap dan tentunya mudah untuk dipahami mengenai Sejarah Kerajaan Melayu beserta peninggalannya. Untuk ulasan selengkapnya, yuk… Simak secara bersam-sama.
Bagaimanakah Sejarah Kerajaan Melayu ?
Kerajaan Malayu atau dalam sebuah bahasa dari Cina adalah nama sebuah kerajaan di wilayah pulau Sumatra. Dari adanya sebuah bukti dan informasi yakni berasal dari berita Tiongkok dan prasasti, keberadaan sebuah kerajaan yang mengalami pasang surut dapat dilihat di Minanga dari abad ke-7, di Dharmasraya dari abad ke-13 dan di Minanga dari abad ke-15 Suruaso atau Pagaruyung menjadi dikenal.
Kerajaan ini terletak di pulau Swarnabumi atau Swarnadwipa, yakni sebagai para migran disebut dengan pulau emas dengan tambang emas dan pada awalnya yang mampu mengendalikan dalam sebuah perdagangan di wilayah Selat Melaka sebelum akhirnya bergabung dengan sebuah Kerajaan Sriwijaya tahun 682.
Penggunaan dalam sebuah kata Melayu dapat dikenal selama 100 hingga 150 tahun, sebagaimana disebutkan dalam buku Geografi Sintaksis oleh Ptolemy, di mana Maleu-Colon disebutkan. Dan kemudian di Hindu Purana pada zaman Buddha Gautama ada istilah Malaya dvipa, yang berarti tanah dikelilingi oleh air.
Lokasi Pusat Kerajaan
Dalam sebuah pemerintah di wilayah Indonesia yakni berada di tengah-tengah antara Selangor dan Sriwijaya. Jadi Sriwijaya memiliki sebuah letak di tenggara Melayu di bagaian selatan.
Hampir semua sejarawan yakni sepakat bahwa dalam sebuah negara Melayu terletak di Batang Hari, karena arca itu ditemukan di Padangroco Amoghapasa, ada prasasti bertanggal 1208 Saka (1286) yang menyatakan bahwa patung tersebut adalah hadiah dari seorang Raja Kertanagara (Singhasari) Melayu.
Slimet Muljana yakni telah berpendapat bahwa istilah Melayu berasal dari sebuah kata Melayu yang artinya ialah “bukit” dalam bahasa Sansekerta. Nama pemerintah biasanya merujuk dalam sebuah nama ibukota tersebut. Maka, ia tidak setuju dengan pandangan bahwa Istana Melayu berada di Kota Jambi karena termasuk sebuah dataran yang rendah.
Menurutnya, dalam sebuah pelabuhan Melayu memiliki sebuah letak di wilayah atau daerah Jambi, tetapi istananya terletak di dalam negeri, yang relatif tinggi. Menurut prasasti Tanjore dari Rajendra Chola I dari 1030, ibukota Kekaisaran Melayu dilindungi oleh benteng dan terletak di atas bukit. Lokasinya tentu berada di wilayah Sungai Tebo.
Dari deskripsi Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, seorang ahli geografi Persia yang mengunjungi Asia Tenggara pada 1030 dan mencatat perjalanannya di Tahqiq ma li l-Hind (fakta di India), di mana ia menyatakan bahwa ia mengunjungi dalam sebuah negara di yang garis khatulistiwa dari pulau tersebut merupakan penghasil emas atau Golden Chersonese adalah pulau Sumatra.
Peninggalan Kerajaan Melayu
Terdapat beberapa dalam sebuah peninggalan Melayu, prasasti berikut berfungsi sebagai:
1. Prasasti Masjusri
Dalam sebuah prasasti patung Manjusri dari sebuah candi Jago dapat disebutkan bahwa Adityawarman ditaklukkan pada 1343 bersama dengan Gajah Mada Bali.
2. Prasasti Amoghapasa
Menurut dalam sebuah prasasti Amoghapasa, yang dapat diterbitkan dengan Raja Kertanegara pada tahun 1286 atau tahun 1208, Saka berada di daerah Darmasraya (Jambi) di mana pusat dalam sebuah kekuasaan Melayu yang berada di wilayah Damasraya pada abad ke-13.
3. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti tersebut telah menceritakan tentang penyerahan Sriwijaya atas Kerajaan Melayu. Pada pertengahan abad ke-11, ketika Kerajaan Sriwijaya mulai melemah karena tutupan Colamandala yang mengerikan, tanah Malayu mengambil kesempatan untuk bangkit kembali.
Sebuah prasasti yang ditemukan di Sri Lanka mengungkapkan bahwa Pangeran Suryanarayana tinggal di Malayaprua (Sumatra) pada masa pemerintahan Vijayabahu di Sri Lanka (1055 – 1100).
4. Prasasti Padang Roco
Prasasti Padang Roco merupakan sebuah prasasti yang ditemukan di Kompleks Pemandian Padangroco, Nagari Siguntur, Kabupaten Dharmasraya, Kecamatan Sitiung, Sumatera Barat. Pada tahun 1911, sebuah patung Amoghapana ditemukan di Padangroco, dengan tulisan di keempat sisinya.
5. Dharmasraya ke Pagaruyung
Setelah membantu Majapahit pada akan melaksanakan suatu beberapa yakni untuk penaklukan, Adityawarman kembali ke Swarnnabhumi dalam tahun 1343 dan menyatakan dirinya sebagai penguasa kerajaan Melayu di Dharmasraya pada tahun 1347 untuk melanjutkan dinasti Mauli.
Baca Juga :
Demikian pembahasan yang telah kami sampaikan secara jelas dan lengkap mengenai Sejarah Kerajaan Melayu. Semoga ulasan ini dapat berguna dan bermanfaat.