Sejarah Candi Blandongan – Candi yang memiliki struktur dalam pasangan bata, yang menurut analisis telah mengandung suatu lantai Beton Cor, ialah cangkang kapur, campuran karang, dan pasir dan pasir.
Candi tersebut merupakan sebuah candi pertama yang dibangun dalam Bumi Nusantara. Analisis termasuk didasarkan pada analisis radiometrik karbon 14 pada artefak yang tersisa di Candi Blandongan.
Dalam pembahasan yang telah kami sampaikan secara lengkap dan jelas yakni mengenai Sejarah Candi Blandongan. Untuk ulasan selengkapnya, yuk… Simak penjelasan nya sebagai berikut.
Apa itu Candi Blandongan ?
Candi Blandongan termasuk salah satu candi yang tertua dan pernah ditemukan di wilayah Indonesia. Bahkan, telah banyak yang percaya bahwa candi tersebut merupakan candi pertama yang telah dibangun di berbagai Nusantara.
Dalam analisis yakni dapat didasarkan pada analisis radiometrik karbon 14 dalam artefak yang tersisa di sebuah Candi Blandongan. Diketahui bahwa dalam kronologi komponen tertua, yang telah menunjukkan dalam periode yang mengacu pada abad ke-2 M, dan yang terbaru berasal dalam abad ke-12.
Ini tentu saja akan diselidiki yakni lebih lanjut karena adanya sebuah keberadaan dalam sejarah di sebuah candi tersebut yakni belum diselidiki dengan para ahli.
Sejarah Candi Blandongan
Candi Blandongan yakni telah berdiri di wilayah Kabupaten Batujaya Karawang, Desa Segaran, Jawa Barat. Sisa-sisa arkeologi di Batujaya telah menemukan dalam 24 situs di desa Segaran dan Telagajaya pada awal tahun 2000. Di desa Segaran ada 13 lokasi dan 11 lokasi di Telagajaya.
Dari 24 situs arkeologi, ada beberapa situs arkeologi di mana sisa bangunan candi ditemukan, termasuk Candi Blandongan. Dinding Kuil dalam Blandongan Gundukan yang telah berisi akan reruntuhan batu bata kuno disebut sebagai “unur”.
Posisi-posisi ini termasuk Segaran I (SEG I atau Unur Jiwa), Segaran IV (SEG IV), Segaran IX (SEG IX atau Situs Pool)Segaran III (SEG III atau Unur Damar), Segaran V (SEG V atau Unur Blandongan), Telagajaya I (TLJ I atau Telagajaya V (TLJ V atau Unur Asem), Unur Shaved), dan Telagajaya VIII (TLJ VIII).
Catatan sejarah dari pemerintah kolonial Belanda menunjukkan bahwa daerah di sekitar Kuil Blandongan pada tahun 1684 hanyalah sebuah rawa. Baru pada tahun 1706 pemerintah kolonial Belanda memerintahkan daerah ini untuk dibuka dan dikembangkan menjadi daerah dengan sawah dan perkebunan.
Yaitu, sejak runtuhnya kegiatan Komplek-Percandian yang menanam padi bersama latar belakang Pura Blandongan Batujaya, daerah ini yakni telah menjadi tidak berarti dan hanya mendapatkan kembali perhatian dalam akhir abad ke-17 Masehi.
Bentuk Candi Blandongan
Candi tersebut yakni telah berukuran sekitar 24,6 m x 24,6 m dan memiliki dalam ketinggian 4,9 m dari permukaan sawah. Dalam sebuah canti tersebut, yakni telah ditemukan di sejumlah kuil ini yang tugas materai dalam seluruh kondisinya, hingga 10 buah dan sejumlah fragmen.
Cap Stempel Coedes dari hasil analisis, yakni termasuk dalam tipologi 1, dibuat selama Dvaravati, adegan tersebut menceritakan keajaiban Srasvati dari manuskrip Diyavadana dari aliran Threvada dan aliran Sarvasteveda.
Hasil perbandingan terhadap prangko di wilayah Asia Tenggara yakni telah menunjukkan bahwa dalam prangko yang ditemukan di bagian Kuil Blandongan menunjukkan kemiripan dengan prangko dari Kha Ok Dalu Phattalung di Thailand selatan dari 6 hingga 7 Masehi.
Dalam sebuah lapisan dinding dan dekorasi dalam Candi Blandongan yakni terbuat dari suatu bahan yang unik, yaitu toko atau kerikil, campuran pasir, dan kerang-kerangan.
Candi Blandongan yakni memiliki ukuran panjang sekitar 24,2 meter dan lebarnya yang sama. Candi satu lantai dengan stupa di tengah dan empat langkah yang memiliki sebuah fungsi untuk pintu masuk.
Baca Juga :
Demikian pembahasan yang telah kami sampaikan secara lengkap dan jelas yakni mengenai Sejarah Candi Blandongan. Semoga ulasan ini, dapat berguna dan bermanfaat bagi Anda semua.