Teori Asam Basa – Basa merupakan sebuah zat yang bertindak sebagai asam dan menghasilkan senyawa yang disebut garam. Padahal itu termasuk kedalam zat yang bisa menetralkan asam.
Asam didefinisikan untuk zat yang berdisosiasi ketika larut dalam air dan menghasilkan kation hidrogen (H+), sedangkan basa didefinisikan untuk zat yang berdisosiasi ketika larut dalam air dan anion hidroksida (OH)-).
Dalam pembahasan kali ini, kami akan menjelaskan secara lengkap dan jelas yakni mengenai Teori Asam Basa. Untuk ulasan selengkapnya, yuukk… Simak sebagai berikut.
Apa itu Asam Basa ?
Pengertian Asam dan Basa adalah dua kelas bahan kimia yang biasa ditemukan di lingkungan. Misalnya, cuka, asam sitrat dan asam lambung diklasifikasikan sebagai asam, sedangkan mimpi kambing dan soda diklasifikasikan sebagai alkali. Asam dan basa mempunyai sebuah sifat yang begitu berbeda.
Asam dan basa pada awalnya berbeda dalam rasa, di mana asam tidak asam, tetapi basa pahit dan licin seperti sabun. Namun, dalam asam dan basa umumnya bersifat kaustik dan beracun, terutama dalam bentuk larutan tingkat tinggi – yang membuatnya sulit untuk menguji alam sesuai selera.
Dengan kemajuan ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan, perbedaan antara asam dan basa bisa dicapai dengan bantuan indikator seperti kertas lakmus dan indikator universal atau pH meter. Solusi asam mengurangi kertas lakmus biru, sedangkan solusi dasar adalah kertas lakmus merah.
Saat menguji bahan dengan pH meter, larutan asam menunjukkan pH kurang dari 7, sedangkan larutan alkali memiliki pH lebih dari 7. Suatu larutan dengan pH 7 disebut dengan netral.
Tapi apa yang mendefinisikan senyawa sebagai asam atau basa? Definisi asam dan basa telah menjadi formulasi bermasalah bagi para ahli selama berabad-abad.
Dari berbagai teori definisi asam basa yang diajukan, tiga teori sangat berguna, termasuk teori asam basa Brønsted–Lowry, teori asam basa Arrhenius, dan teori asam basa Lewis.
Teori Asam Basa Brønsted–Lowry
Dalam tahun 1923, Thomas M. Lowry dan Johannes N. Brønsted yakni telah berbagi dalam suatu definisi asam dan basa yang lebih luas. Konsep yang diusulkan didasarkan pada fakta bahwa reaksi berbasis asam melibatkan transfer proton (ion H +) dari satu ke yang lain.
Proses transfer proton tersebut yakni harus mencakup asam sebagai donor atau pemberi proton dan basa sebagai donor atau penerima proton. Menurut Brønsted dalam definisi Lowry berdasarkan pada asam.
- Asam merupakan proton.
- Basa merupakan akseptor atau penerima proton.
Mempertimbangkan dalam sebuah teori Brønsted-Lowry, HCl bertindak sebagai asam dan H2O sebagai basa dalam reaksi ionisasi HCl dalam air.
HCl(aq) + H2O(l) → Cl−(aq) + H3O+(aq)
HCl menjadi ion Cl− setelah H2O memberikan proton (H +). H2O menerima proton dengan menggunakan sepasang elektron bebas dalam atom O untuk mengikat H + dan membentuk ion hidronium (H3O +).
Sementara dalam reaksi ionisasi NH3 dilarutkan dalam air, NH3 bertindak sebagai basa dan H2O sebagai asam.
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)
NH3 menerima proton (H+) dari H2O telah menggunakan sepasang elektron bebas dalam atom N untuk mengikat H + dan membentuk ion amonium (NH4+). H2O menjadi ion OH− setelah NH3 menerima proton (H+).
Teori Asam Basa Arrhenius
Teori ini pertama kali dikemukakan dengan Svante August Arrhenius pada tahun 1884. Menurut Arrhenius, definisi asam dan basa adalah:
- Asam merupakan senyawa yang larut dalam air yang melepaskan ion H +.
- Basa merupakan senyawa yang melarutkan ion OH yang terlarut dalam air.
Asam hidroklorat yang larut dalam air (HCl) diklasifikasikan sebagai asam Arrhenius karena HCl dapat dikonversi menjadi ion H + dan Cl dalam air. Tidak seperti metana (CH4), yang bukan merupakan asam Arrhenius karena tidak dapat menghasilkan ion H + dalam air bahkan dengan atom H.
Sodium hydroxide (NaOH) adalah basa Arrhenius karena NaOH adalah senyawa ion yang berdisosiasi menjadi ion Na + dan OH- ketika dilarutkan dalam air. Konsep asam dan basa Arrhenius terbatas pada kelarutan air.
Teori Dasar Lewis
Pada tahun 1923, G.N. Lewis mengusulkan teori berbasis asam yang lebih luas dibandingkan dengan dua sebelumnya dengan mengklaim bahwa pasangan elektron terkait dengan struktur dan ikatan. Menurut definisi dasar asam Lewis,
- Asam merupakan penerima pasangan elektron.
- Basa merupakan pasangan donor elektron.
Menurut definisi Lewis, asam yang bertindak sebagai penerima pasangan elektron bukan hanya H+. Senyawa dengan orbital kosong pada kulit katup seperti BF3 juga bisa bersifat asam.
Misalnya, reaksi antara BF3 dan NH3 adalah reaksi berbasis asam, di mana BF3 adalah asam Lewis dan NH3 adalah basa Lewis. NH3 memberikan BF3 pasangan elektron dan dengan demikian membentuk ikatan koordinasi kovalen antara keduanya.
Keuntungan dari definisi asam dari Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi alkali lainnya dalam fase padat, gas dan pelarut selain air yang tidak mengandung transfer proton.
Misalnya reaksi antara oksida asam (seperti CO2 dan SO2) dan oksida basa (seperti MgO dan CaO), reaksi pembentukan ion kompleks misalnya [Al(H2O)6]3+, [Fe(CN)6]3−, dan [Cu(NH3)4]2+, dan beberapa reaksi terhadap kimia organik tersebut.
Baca Juga :
Demikianlah pembahasan kali ini, yang telah kami sampaikan secara lengkap dan jelas yakni mengenai Teori Asam Basa. Semoga ulasan ini, dapat berguna dan bermanfaat bagi Anda semuanya.