Suku Nias – Penduduk yang tinggal di lingkungan budaya dan budaya tersebut yakni masih tinggi. Common law of Nias umumnya disebut dengan Fondrakö, yang mengatur semua aspek kehidupan dari lahir sampai mati.
Nias telah mencapai tingkat perkembangan budaya megalitik. Hasil karya budaya ini masih dapat ditemukan di sisa-sisa seperti meja dan kursi batu, monumen, patung hantu dan Hada Hada (rumah tradisional) yang dibangun di lantai dasar.
Dalam pembahasan kali ini, kami akan menjelaskan secara lengkap dan jelas yakni mengenai Suku Nias. Untuk ulasan selengkapnya, yyuukk… Simak sebagai berikut.
Sejarah Suku Nias
Kelompok etnis Nias menetap di pulau Nias di Sumatra bagian barat. Bersama-sama beberapa suatu pulau kecil di sekitar kawasan itu, daerah itu sekarang yakni menjadi milik kabupaten Nias di wilayah provinsi Sumatera Utara.
Penduduk asli pulau tersebut yakni telah menyebut diri mereka ialah Ono Niha, yang berarti anak manusia, dan menyebut pulau Tano Niha, yang berarti “tanah manusia”. Populasi etnis sekitar 480.000. Tetapi ada juga migran lain seperti Batak, Minangkabau, Aceh, dan Cina.
a. Bahasa Suku Nias
Bahasa Nias adalah yakni hanya milik keluarga bahasa Indonesia. Terletak di Pulau Batu di selatan Pulau Nias. Di antara mereka ada empat dialek, yaitu Nias Tengah (Gomo), Nias Utara, dialek Batu, dan Nias Selatan (Teluk Pedalaman).
b. Mata Pencaharian Suku Nias
Mata pencaharian utama orang yang ditanam di nias ialah singkong, kentang, dan kentang kecil. Keuntungan tambahan adalah mencari dan mengumpulkan. Pada saat ini, pulau cengkeh dan nilam ditanam untuk minyak.
c. Agama dan Kepercayaan Suku Nias
Sekarang penduduk Nias sekarang memeluk agama Kristen dan Islam. Agama asli disebut sebagai pemujaan roh (malohe adu), dan banyak dewa yang telah dikenal, yang tertinggi ialah wilayah Lowalangi.
Dia menyembah roh dengan berdiri di atas patung-patung yang terbuat dari kayu dan batu, rumah pemujaan roh yang disebut Osali. Pemimpin agama asli disebut ere. Sekarang dalam suatu nama Lowalangi digunakan untuk menyebut Tuhan dan Osali sebagai nama Gereja dengan suatu konsep Kristen.
d. Masyarakat Suku Nias
Kelompok keluarga inti atau keluarga terkecil di Nias disebut Sangambato. Beberapa keluarga inti membentuk keluarga terbatas yang disebut Zebua. Prinsip dalam adanya suatu hubungan turun-temurun adalah patroli dan biasanya setiap keluarga tinggal bersama di rumah (kumbang).
Namun, setiap keluarga inti memiliki dapur sendiri. Beberapa Zambua kuno yang berasal dari salah satu leluhur bersama digabung menjadi Mado (di nias utara dan nias tengah) atau Gana (di nias selatan), yang merupakan sejenis klan atau klan patroli.
Seorang anak tersebut yakni akan menambahkan dalam suatu nama ayahnya setelah nama depannya. Orang-orang dari adanya seorang mado bisa selamanya ngambilake keluarga yang yang telah mencapai sepuluh.
Asal Usul
1. Mitologi
Menurut Nias, merupakan salah satu mitos suku Nias yakni telah berasal dari pohon hidup yang disebut sebagai “Sigaru Tora’a” di tempat yang disebut sebagai “Tetehöli Ana’a” Menurut mitos.
Kedatangan terhadap orang pertama ke pulau Nias dimulai ketika Raja SiRAO mengirim 9 putra Tetehöli Ana’a melawan Arta SiRAO. Anak 9 dikatakan sebagai orang pertama yang berjalan dari pulau Nias.
2. Penelitian Arkeologi
Penelitian arkeologi yakni sudah dilakukan di suatu pulau Nias sejak 1999. Telah ditemukan bahwa orang-orang di pulau Nias telah bermigrasi dari daratan Asia ke pulau Nias selama periode Paleolitik selama 12.000 tahun, meskipun Prof.
Harry Truman Simanjuntak dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional di Jakarta dan Jakarta. Pada saat itu, satu-satunya budaya Hoabinh, Vietnam, sama dengan pulau Nias, sampai diyakini bahwa asal usul Nias berasal dari daratan Asia yang sekarang disebut sebagai Vietnam.
Pengembangan Suku Nias
Sekarang menerima agama Kristen dan Islam. Agama asli disebut perang perang (pemujaan roh), dan banyak dewa dikenal, yang tertinggi ialah Lowalangi. Dia yakni telah menyembah roh dengan berdiri di atas patung-patung yang terbuat dari kayu dan batu, rumah pemujaan roh yang disebut Osali.
Dalam seorang pemimpin agama asli yakni dapat disebut sebagai ere. Sekarang nama Lowalangi digunakan untuk menyebut Tuhan dan Osali sebagai nama Gereja dalam adanya suatu konsep Kristen.
Dengan adanya suatu hal komunikasi, bahasa Nias adalah milik keluarga otoriter dan menyebar di Kepulauan Batu selatan Pulau Nias, termasuk empat dialek yakni “Teluk Dalam” Nias Selatan, Dialek Nias Utara, “Gomo” Tengah, dan Dialek Batu.
Untuk pemeliharaan, Nias umumnya menanam ubi, kaset, kentang, dan sedikit. Mata pencaharian lainnya adalah berburu dan meramu. Sekarang pulau itu sedang ditanami cengkeh dan nilam untuk mengekstraksi minyak sebagai mata uang pencarian tambahan untuk penduduk lokal.
Sementara tradisi fungsi berubah karena ini tidak sekarang berperang, tradisi lompat batu digunakan untuk tidak melawan, tetapi juga sebagai simbol budaya ritual nias. Tradisi melompati batu sebagai ritual budaya untuk menentukan apakah lelaki itu adalah lelaki dewasa di desa Bawo Mataluo atau tidak.
Baca Juga :
Demikian pembahasan kali ini, kami akan menjelaskan secara lengkap dan jelas yakni mengenai Suku Nias. Semoga ulasan ini, dapat berguna dan bermanfaat bagi Anda semuanya.