Pertumbuhan ekonomi – Kali ini akan membahas tentang pengertian pertumbuhan ekonomi, teori beserta faktor pendukung pertumbuhan ekonomi. Berikut penjelasannya…
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kemampuan ekonomi suatu negara dalam pembangunan ekonomi, di mana laju pertumbuhan ekonomi diukur melalui indikator peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Pendapatan Nasional Bruto (PNB) dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana kegiatan ekonomi akan menghasilkan pendapatan tambahan,
bagi masyarakat dalam periode tertentu dengan memperhitungkan komponen ekonomi makro dalam bentuk konsumsi, investasi, ekspor dan impor.
Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian pertumbuhan ekonomi dari beberapa sumber referensi:
Menurut Untoro (2010: 39)
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi di masyarakat meningkat dan kesejahteraan masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
Menurut Budiono (1981: 1)
Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam melihat pertumbuhan ekonomi, kita perlu memperhatikan aspek total output, populasi dan waktu jangka panjang.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang saat ini berkembang, yaitu antara lain sebagai berikut (Sukirno, 2006: 243-270):
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Teori ini oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat fakftor, yaitu:
- Jumlah Penduduk
- Jumlah barang modal
- Luas tanah
- Kekayaan alam
- Teknologi yang digunakan
Menurut teori ini, pada awalnya peningkatan populasi akan menyebabkan peningkatan pendapatan per kapita.
Tetapi jika populasi terus tumbuh, hukum hasil lebih banyak yang akan berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi,
yaitu produksi marjinal akan menurun, dan akan membawa pendapatan negara per kapita sama dengan produksi marjinal.
Dalam situasi ini, pendapatan per kapita mencapai nilai maksimum. Populasi pada waktu itu disebut populasi optimal.
Jika populasi terus meningkat melampaui titik optimal, pertumbuhan populasi akan menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan hampir bersamaan oleh Roy F. Harrod (1984) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat.
Mereka menggunakan proses perhitungan yang berbeda tetapi menghasilkan nilai yang sama, sehingga mereka berdua dianggap mempresentasikan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar.
Teori ini melengkapi teori Keynesian, di mana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis).
Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi:
- Ekonomi ditutup.
- Keinginan menabung (MPS = s) adalah konstan.
- Proses produksi memiliki koefisien tetap (constant return to scale).
- Tingkat pertumbuhan tenaga kerja konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan populasi.
Model ini menjelaskan asumsi bahwa ekonomi dapat mencapai pertumbuhan yang stabil dalam jangka panjang.
Asumsi yang dimaksud di sini adalah kondisi di mana barang modal telah mencapai kapasitas penuh, tabungan memiliki proporsi yang ideal
dengan tingkat pendapatan nasional, rasio antara modal dan produksi (Capital Output Ratio/COR) ekonomi terdiri dari dua sektor (Y = C + I).
Harrod-Domar mendasari teorinya dengan dasar mekanisme pasar tanpa perlu campur tangan pemerintah.
Tetapi, kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah harus merencanakan ukuran investasi sehingga ada keseimbangan dalam sisi penawaran dan permintaan barang.
3. Teori Pertumbuhan Neo-klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dan W. Swan (1956).
Model Solow-Swan menggunakan elemen-elemen pertumbuhan populasi, akumulasi modal, kemajuan teknologi, dan jumlah output yang saling berinteraksi.
Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya elemen kemajuan teknologi dalam model.
Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan untuk substitusi antara modal (K) dan tenaga kerja (L).
Dengan demikian, kondisi untuk pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow-Swan kurang ketat karena kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal.
Ini berarti bahwa ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.
Teori Solow-Swan menyadari jika dalam beragam hal mekanisme pasar bisa membuat keseimbangan, sehingga pemerintahan tidak harus terlalu banyak mengganggu atau memengaruhi pasar.
Ambil peran pemerintah terbatas pada kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tingkat perkembangan berasal dari tiga buah sumber, yaitu, peningkatan pasokan tenaga kerja, akumulasi modal dan peningkatan teknologi.
Teknologi ini dapat dilihat dari peningkatan keterampilan atau teknik yang maju, sehingga produktivitas modal meningkat. Dalam model ini, masalah teknologi dianggap sebagai fungsi waktu.
Teori neo klasik sebagai penerus teori klasik menunjukkan bahwa kondisi selalu diarahkan menuju pasar yang sempurna.
Dalam kondisi pasar yang sempurna, ekonomi dapat tumbuh secara optimal. Seperti halnya dalam model ekonomi klasik, kebijakan yang perlu diambil adalah menghilangkan hambatan dalam perdagangan, termasuk pergerakan orang, barang, dan modal.
4. Teori Schumpeter
Teori ini menekankan inovasi yang dilakukan oleh pengusaha serta mengatakan jika peningkatan teknologi sangat ditentukan pada semangat bisnis (kewirausahaan) di masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani mengambil risiko membuka bisnis baru, serta memperluas bisnis yang sudah ada.
Dengan pembukaan bisnis baru dan perluasan bisnis, lapangan kerja tambahan tersedia untuk menyerap tenaga kerja yang tumbuh setiap tahun.
Didorong oleh keinginan untuk mengambil manfaat dari inovasi, pengusaha akan meminjam modal dan melakukan investasi. Investasi ini akan meningkatkan kegiatan ekonomi suatu negara.
Peningkatan ini selanjutnya akan mendorong pengusaha lain untuk menghasilkan lebih banyak sehingga produksi agregat akan meningkat.
Lebih lanjut, Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin tinggi, keinginan untuk berinovasi berkurang, ini karena masyarakat telah merasakan kebutuhan yang cukup.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan lebih lambat dan akhirnya keadaan stasioner akan tercapai. Tetapi situasi yang tidak berkembang yang dimaksud di sini berbeda dengan pandangan klasik.
Dalam pandangan Schumpeter, kondisi tidak berkembang dicapai pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Padahal dalam pandangan klasik, kondisi tidak berkembang terjadi ketika ekonomi berada dalam kondisi di mana tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah.
Faktor Pendukung Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara termasuk yang berikut (Rahardja dan Manurung, 2008: 136-137):
1. Barang Modal
Ekonomi akan tumbuh, jika persediaan modal ditambahkan. Penambahan stok modal dilakukan melalui investasi.
Oleh karena itu, salah satu upaya utama untuk meningkatkan investasi adalah menghadapi faktor-faktor yang memengaruhi tingkatan investasi.
Perkembangan ekonomi baru dimungkinkan jika investasi bersih lebih besar dari nol. Karena, jika investasi bersih sama dengan nol, ekonomi hanya dapat berproduksi pada tingkat sebelumnya.
Akan lebih baik lagi, jika penambahan jumlah barang modal disertai dengan peningkatan kualitas. (Baca : Pengertian Modal)
2. Buruh
Hingga saat ini, terutama di negara berkembang (NSB), tenaga kerja masih merupakan faktor produksi yang sangat dominan.
Penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh pada peningkatan output. Masalahnya adalah berapa banyak tenaga kerja tambahan akan terus meningkatkan output.
Ini sangat tergantung pada seberapa cepat Law of Diminishing Return (TLDR) terjadi. Sementara proses TLDR yang cepat atau lambat sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan relevansinya dengan kemajuan teknologi produksi.
Selama terdapat sinergi diantara tenaga kerja dan teknologi, penambahan tenaga kerja akan memacu pertumbuhan ekonomi.
3. Teknologi
Penggunaan teknologi yang lebih tinggi sangat memacu pertumbuhan ekonomi, jika hanya dilihat dari peningkatan output.
Tetapi ada trade off antara kemajuan teknologi dan peluang kerja. Lebih dari itu, kemajuan teknologi semakin meningkatkan ketimpangan ekonomi antar negara, terutama negara maju dan dunia ketiga atau negara berkembang (NSB).
4. Uang
Dalam ekonomi modern, uang memainkan peran dan fungsi sentral. Tidak mengherankan semakin banyak uang yang digunakan dalam proses produksi, semakin besar output yang dihasilkan. (Baca : Pengertian Uang)
Tetapi dengan jumlah uang yang sama, output yang lebih besar dapat dihasilkan jika penggunaannya efisien.
Jika ada perusahaan yang tidak memiliki cukup uang, tetapi memiliki prospek yang baik, banyak bank atau lembaga keuangan ingin membantu, misalnya dengan memberikan kredit.
Hanya saja bunga pinjaman, tergantung pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan, terutama bunga pinjaman.
Sementara bunga pinjaman bisa dikurangi, jika sistem keuangan berjalan efisien.
Baca juga :
Demikianlah pembahasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi, teori beserta faktor pendukung pertumbuhan ekonomi. Semoga bermanfaat.