Sebagai salah satu alat tukar paling banyak digunakan, ternyata sejarah uang sampai digital cukup panjang. Pada awalnya, manusia menggunakan sistem barter namun metode tersebut dinilai kurang efektif karena masih memiliki beberapa kekurangan.
Seiring waktu berjalan, alat tukar tersebut mulai dikembangkan, salah satunya adalah menggunakan uang kertas seperti saat ini. Bahkan, perlahan-lahan uang digital juga mulai banyak digunakan seperti e-wallet, bitcoin, dan lain-lain.
Pengertian Uang
Berdasarkan KBBI, uang merupakan standar pengukur nilai yang sah yang berlaku di dalam sebuah negara, baik itu dalam bentuk perak, emas, kertas, atau logam lain. Dari pengertian ini, bisa dikatakan bahwa uang menjadi alat tukar yang diakui dan disepakati bersama-sama.
Meski begitu, sebenarnya nilai tersebut akan tergantung dari kepentingan tertentu. Beberapa contohnya adalah apakah hendak dijadikan unit pengukuran, menyimpan kekayaan, atau sebagai alat tukar. Yang jelas, uang mempunyai peranan penting dalam kegiatan transaksi masyarakat seperti jual beli barang maupun jasa sehingga penting bagi Anda mengetahui sejarah uang dari barter sampai sekarang.
Sejarah Uang Sampai Digital
Seperti telah disebutkan di awal, sejarah uang sampai digital bisa dibilang cukup panjang mengingat perilaku manusia dalam bertransaksi juga mengalami perkembangan. Berikut ini adalah gambaran besar terkait dengan sejarah tersebut.
1. Sistem pra-barter
Pada awalnya, manusia masih belum menggunakan uang sebagai alat tukar. Bahkan, barter pun masih belum ditemukan sehingga untuk bertahan hidup manusia harus berburu. Selain itu, manusia juga akan mengumpulkan bahan makanan sendiri yang berasal dari alam.
Jadi, di masa tersebut masih belum terlihat transaksi antara satu orang dengan yang lainnya untuk sebuah barang atau jasa. Semua masih mencoba bertahan hidup secara naluri alamiah individu. Hanya saja, tentu saja cara seperti itu tidak bertahan lama karena semakin lama interaksi antarmanusia mulai terjalin.
2. Sistem barter
Seiring waktu berjalan, naluri berburu manusia sudah mulai berkurang dan menyadari bahwa setiap orang saling membutuhkan satu sama lain. Pasalnya, setiap orang ada kemungkinan memiliki satu sumber daya namun membutuhkan sumber daya lain yang tidak dimiliki.
Kebutuhan akan hal tersebut memaksa hubungan interaksi antarmanusia dan menerapkan sistem barter atau bertukar barang maupun jasa. Sebagai contoh, orang pertama memiliki hasil pertanian namun membutuhkan hewan buruan.
Dengan kesepakatan bersama, maka orang pertama akan menawarkan hasil tani kepada orang kedua yang memiliki hewan untuk ditukarkan. Apabila kedua belah pihak sepakat, maka transaksi akan terjadi. Sementara itu, jika kesepakatan belum tercapai, maka akan dilakukan penyesuaian kuantitas barang yang hendak ditukarkan.
Metode barter cukup efektif dalam awal-awal terjadinya transaksi antar orang. Akan tetapi, semakin lama muncul kendala yakni saat kedua pihak kesulitan mencapai kesepakatan. Bisa jadi itu dikarenakan keduanya ketika barang pihak pertama ternyata sudah dimiliki oleh pihak kedua.
3. Sistem uang barang
Dari kendala yang dialami pada sistem barter, akhirnya orang-orang mulai menentukan uang barang sebagai satuan unit. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu barang. Beberapa yang kerap digunakan antara lain beras, garam, kerang, atau kulit.
Bisa dikatakan bahwa barang-barang tersebut mereka jadikan alat tukar yang telah disepakati sehingga disebut dengan uang barang. Sebenarnya cara ini juga masih mempunyai celah, yakni adanya perbedaan persepsi terhadap nilai barang di atas.
Sebagai contoh, satu pihak mungkin menganggap kerang berharga, sedangkan pihak lain menganggap kulit lebih berharga. Meski demikian, cara tersebut dinilai lebih baik sebagai alat pembayaran saat melakukan transaksi.
4. Pasca uang barang
Selain persepsi setiap orang yang berbeda-beda pada sebuah barang, akhirnya sistem transaksi sebelumnya dinilai kurang efektif. Tak hanya itu saja, sistem tersebut juga mempunyai kelemahan yakni tidak bisa bertahan lama serta mudah rusak.
Dari permasalahan ini, akhirnya orang mencoba mencari alternatif lain dengan benda-benda yang lebih kuat seperti mata panah. Beberapa juga menggunakan besi. Hanya saja, jenis-jenis barang tersebut hanya berlaku di beberapa wilayah saja seperti Rusia, Eropa timur, Asia Tengah, dan Ukraina.
Meskipun besi atau mata panah memiliki ketahanan lebih baik dibandingkan benda lain seperti kerang, hasil tani, dan sebagainya, namun tetap saja metode tersebut masih kurang efektif. Pasalnya, persepsi masih belum bisa disamakan.
5. Uang logam
Terkait dengan masalah sebelumnya, akhirnya sekitar tahun 580 SM bangsa Lydia menjadi negara pertama yang mencetak mata uang logam sebagai alat transaksi yang sah. Logam tersebut dibuat menggunakan campuran 25% perak dan 75% emas.
Kemudian, di permukaannya diberikan cap gambar dengan tujuan dikenal sebagai stater Lydia. Dari situlah akhirnya cara tersebut dinyatakan sebagai mata uang pertama yang ada di dunia. Meski demikian, para arkeolog dari China melakukan penelitian pada penemuan uang logam dan diperkirakan dibuat pada tahun 640 SM.
Dari penelitian ini, mereka mengambil hipotesis bahwa sebenarnya orang telah mengenal uang sekitar 2.500 tahun lalu. Dipandang sebagai alat tukar yang efektif, lama kelamaan bahan baku menjadi terbatas sehingga transaksi besar sulit dilakukan.
6. Uang kertas
Uang kertas mulai muncul pada abad pertama Masehi. Ts’ai Lun, seorang dari China di masa Dinasti T’ang membuat alat tukar tersebut menggunakan bahan kulit kayu murbei. Tak hanya itu saja, negara tersebut juga mengeluarkan mata uang Huizi dan disepakati sebagai alat tukar sah di tahun 1160.
Setelah menetapkan kesepakatan tersebut, selanjutnya China mengumumkan kepada seluruh dunia. Tidak butuh waktu lama, jenis uang kertas mulai menyebar seiring banyaknya aktivitas ekonomi dan perdagangan antar negara di dunia.
Bahkan, negara-negara lain mulai menciptakan uang kertas mereka sendiri. Terkait sejarah tersebut, informasi di dapatkan dari sebuah catatan perjalanan Marco Polo, seorang pengembara asal Italia. Marco Polo menyebutkan bahwa kaisar China telah menetapkan uang kertas dengan denominasi berbeda-beda.
7. Uang non tunai
Jenis ini adalah yang sedang cukup populer di abad 20 atau mulai beberapa tahun silam. Setiap negara telah menyadari bagaimana pentingnya menyeimbangkan peredaran uang hingga dibentuk lembaga bank sentral.
Seiring waktu berjalan, masyarakat tidak harus menggunakan uang berbentuk fisik sebagai alat tukar atau sarana transaksi. Itulah yang dinamakan dengan istilah non tunai. Sebenarnya perkembangan jenis ini sudah mulai muncul pada tahun 1946 yakni lewat penggunaan kartu debit dan kredit.
Kemudian, di abad 21 muncul ewallet atau dompet digital atau QR Standar Indonesia sehingga masyarakat bisa bertransaksi hanya lewat sentuhan jari saja. Inilah yang menyebabkan kegiatan jual beli online semakin melesat karena cukup menggunakan ponsel, transaksi dapat dilakukan dengan mudah.
8. Uang digital
Terakhir adalah uang digital atau virtual yang populer dengan nama bitcoin. Jenis tersebut awal muncul pada tahun 2009 lalu. Meskipun belum banyak digunakan, namun diperkirakan uang virtual akan naik penggunaannya beberapa tahun mendatang.
Dengan mengetahui sejarah uang sampai digital sesuai perkembangannya di atas, bukan tidak mungkin alat tukar tersebut akan terus mengalami perkembangan. Siapa sangka sistem transaksi berupa barter atau bertukar barang bisa menjadi canggih seperti sekarang.
Bahkan, transaksi dapat dilakukan tanpa harus menggunakan uang berbentuk fisik. Tentu saja semua ini merupakan hasil dari perkembangan teknologi yang sangat pesat. Oleh karena itu, setiap orang wajib mempelajari dan memahami perkembangan tersebut agar tidak termakan zaman.