Dalam mempelajari tentang ekonomi, pastinya Anda akan bertemu dengan istilah resesi ekonomi. Resesi tersebut merupakan suatu periode penurunan tingkat ekonomi sementara dengan adanya penurunan aktivitas pada perdagangan dan industri.
Kedatangan dari resesi juga biasa ditandai dengan adanya penurunan PDB berturut-turut dalam dua kuartal. Tentunya, adanya resesi tersebut dapat memberikan dampak terhadap suatu negara atau bahkan global.
Lantas, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan resesi tersebut? Dan apa sajakah penyebabnya? Nah, untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan tersebut, langsung saja simak pada pembahasan lengkap di bawah ini.
Pengertian Resesi Ekonomi
Secara umum, resesi ekonomi artinya adalah sebuah penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan dalam waktu lama dan stagnan bisa bulanan atau bahkan tahunan. Istilah resesi juga bisa diartikan sebagai kontraksi besar-besaran pada kegiatan terkait ekonomi.
Kondisi tersebut dapat terjadi apabila suatu negara mengalami peningkatan dalam hal penurunan ritel, jumlah pengangguran, PDB negatif, serta terdapat kontraksi manufaktur dan pendapatan dalam jangka waktu lama ataupun pertumbuhan ekonomi riil mempunyai nilai negatif dalam dua kuartal beruntun.
Dampak dari kejadian tersebut dapat berupa perlambatan laju ekonomi yang bisa membuat sektor riil menekan produksinya sehingga menyebabkan adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Instrumen Investasi kinerjanya menurun, sampai dengan daya beli masyarakat menurun.
Penyebab Terjadinya Resesi Ekonomi
Terjadinya resesi ekonomi ditandai dengan adanya penurunan terhadap PDB selama dua kuartal beruntun. Selain hal itu, tentunya masih terdapat berbagai macam penyebab lain yang membuat terjadinya resesi.
Berikut adalah berbagai faktor penyebab resesi ekonomi pada suatu negara:
1. Deflasi Berlebihan
Deflasi rupanya dapat memberikan dampak buruk terhadap kondisi ekonomi negara. Apalagi jika kondisi dari deflasi tersebut sudah terbilang melebihi batas normal, maka dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi.
Bagi yang belum tahu, deflasi sendiri merupakan sebuah kondisi pada saat harga mengalami penurunan dari masa ke masa sehingga membuat upah berkurang dan bisa menekan harga. Deflasi pada dasarnya lebih memberikan dampak pada pemilik usaha.
Pada saat para individu ataupun unit bisnis mengurangi atau bahkan berhenti mengeluarkan uang, hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan ekonomi. Tentunya, kondisi seperti itu akan memberikan kerugian pada para pebisnis.
Terjadinya deflasi sendiri dapat terjadi karena adanya jumlah produksi membludak dalam waktu bersamaan dari berbagai perusahaan. Selain itu, penurunan permintaan produk dan jumlah uang di pasaran juga jadi penyebab utama terjadinya deflasi.
2. Inflasi
Inflasi adalah proses meningkatkan harga dengan terus menerus. Pada dasarnya, terjadinya inflasi bukanlah hal buruk, akan tetapi jika sudah dalam kondisi berlebihan maka itu dapat menyebabkan dampak negatif pada kondisi ekonomi.
Pada Bank Central AS pengendalian inflasi dilakukan dengan menaikan suku bunga karena suku bunga tinggi dapat menekan aktivitas ekonomi. Akan tetapi, menaikkan suku bunga seperti itu jika tidak diperhitungkan secara matang juga dapat mengakibatkan terjadinya resesi.
3. Terjadi Guncangan Ekonomi Mendadak
Terjadinya guncangan ekonomi mendadak bisa juga memicu terjadinya berbagai masalah ekonomi serius. Masalah tersebut dapat berupa tumpukan hutang baik secara individu maupun perusahaan. Tumpukan hutang yang banyak akan membuat biaya pelunasan semakin tinggi.
Biaya untuk pelunasan dari hutang tersebut kemudian akan terus meningkat hingga titik di mana individu atau perusahaan tidak dapat melunasinya. Jika hal itu terjadi, maka dapat memicu terjadinya resesi.
4. Terjadi Ketidakseimbangan Produksi dan Konsumsi
Penyebab berikutnya adalah terjadinya ketidakseimbangan dalam produksi dan konsumsi. Seperti diketahui, keseimbangan pada produksi dan konsumsi menjadi fondasi dasar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Pada saat produksi dan konsumsi tersebut mengalami ketidakseimbangan, maka itu dapat menyebabkan permasalahan pada siklus ekonomi. Produksi yang tinggi dan tidak dibarengi dengan konsumsi maka bisa menyebabkan penumpukan barang persediaan.
Sebaliknya, jika konsumsi rendah dan kebutuhan menjadi semakin tinggi, maka itu menyebabkan terjadinya impor. Kondisi seperti itu nantinya dapat berdampak pada menurunnya keuntungan perusahaan sehingga memengaruhi juga pada pelemahan pasar modal.
5. Penurunan Pertumbuhan Ekonomi Dalam Dua Kuartal Beruntun
Laju pertumbuhan ekonomi adalah indikasi untuk menentukan baik tidaknya perekonomian suatu negara. Apabila pertumbuhan tersebut mengalami kenaikan, maka dikatakan negara tersebut kondisi ekonominya kuat dan begitu juga sebaliknya.
Dalam hal ini, Bruto dijadikan sebagai acuan produk. Jadi, apabila Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan, maka bisa dikatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi pada suatu negara sedang mengalami resesi.
6. Impor Lebih Besar Dari Ekspor
Suatu negara yang tidak bisa produksi kebutuhan sendiri biasanya akan melakukan impor dari negara lainnya. Begitu juga sebaliknya, negara dengan kelebihan produk bisa melakukan ekspor ke negara yang memerlukan komoditas itu.
Akan tetapi, apabila jumlah impor yang dilakukan melebihi nilai ekspor itu dapat berdampak terhadap kondisi ekonomi. Salah satu dampak nyata dari kondisi tersebut adalah terjadinya defisit anggaran negara.
7. Terjadi Deflasi atau Inflasi Tinggi
Harga komoditas yang mengalami kenaikan terlalu tinggi sampai tidak bisa dijangkau masyarakat dapat berdampak pada kelas ekonomi menengah ke bawah. Hal itu akan menjadi semakin buruk lagi dengan tidak diikuti dengan tingginya daya beli dari masyarakat.
Tidak cuma inflasi saja yang bisa memengaruhi resesi, tetapi juga deflasi. Harga dari komoditas yang mengalami penurunan drastis juga bisa memengaruhi pendapatan serta membuat keuntungan dari perusahaan jadi menurun.
Hal itu mengakibatkan biaya produksi tidak dapat tertutupi secara baik. Alhasil, volume produksi dari perusahaan akan semakin menurun dan bisa menyebabkan dampak bagi para pekerja karena akan dilakukan PHK untuk menutup biaya produksinya.
8. Tingginya Tingkat Pengangguran
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam pergerakan kondisi ekonomi suatu negara. Apabila dari pihak negara tidak dapat memberikan lapangan pekerjaan berkualitas bagi tenaga kerja lokal, maka itu bisa menyebabkan pengangguran mengalami peningkatan.
Risiko dari kejadian itu adalah dapat menyebabkan masyarakat akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Lebih jauh lagi, hal itu bahkan dapat meningkatkan kriminalitas karena banyak masyarakat kesulitan mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari.
9. Adanya Gelembung Aset
Terjadinya gelembung aset menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya resesi berikutnya. Banyak investor yang mengalami kepanikan cenderung akan menjual sahamnya atau biasa dikenal dengan sebutan “Kegembiraan Irasional”.
Kegembiraan tersebut nantinya akan menggembungkan pasar real estate dan juga saham. Pada akhirnya, gelembung itu nanti akan pecah dan memicu terjadinya panic selling yang bisa menghancurkan pasar modal yang kemudian akan menyebabkan resesi.
Kondisi semacam itu dapat terjadi karena investor melakukan pengambilan keputusan dengan emosional. Artinya, mereka membeli sebanyak-banyak saham saat ekonomi baik, lalu menjual sahamnya saat kondisi ekonominya sedang berantakan.
Begitulah beberapa penjelasan tentang pengertian resesi ekonomi dan juga berbagai macam penyebabnya. Kesimpulannya, adanya resesi tersebut dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap kondisi ekonomi suatu negara.
Penyebab dari terjadinya resesi juga terbilang ada banyak faktor. Faktor tersebut antara lain adalah tingginya inflasi atau deflasi, ketidakseimbangan produksi dan konsumsi, terjadi guncangan ekonomi, hingga adanya gelembung aset.