BANJARNEGARA, 22 Agustus 2023 – Desa Paseh, yang terletak di Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, merayakan usia seratus tahunnya dengan semarak. Pada tanggal yang bersejarah ini, Desa Paseh menggelar serangkaian prosesi ritual yang mengungkapkan akar budaya dan sejarah perjalanan panjangnya.
Mengusung Lambang Bersatunya Dua Wilayah
Acara puncak dalam rangka merayakan abad Desa Paseh ini adalah Tarian Tirta Nyawijining Bumi, sebuah ekspresi artistik yang merepresentasikan penggabungan dua wilayah awal, yakni Desa Karangasem dan Duren, menjadi Desa Paseh.
Ratna Saraswati Drajat, penata tari yang mengawasi tarian ini, menjelaskan bahwa Tirta Nyawijining Bumi menceritakan kisah berdirinya Desa Paseh. Dalam cerita tersebut, dua wilayah yang pernah terpisah tersebut menyatu dan melahirkan sebuah entitas baru yang diberi nama Desa Paseh.
Kirab Peringatan 1 Abad Desa Paseh
Peringatan seratus tahun Desa Paseh ditandai oleh prosesi kirab yang memukau, di mana berbagai hasil bumi diarak sambil diiringi oleh ratusan penduduk yang membawa bekal makanan. Mereka berkumpul di perbatasan desa, di tempat di mana dua wilayah tersebut pertama kali bergabung dan menjadi akar dari Desa Paseh.
Kepala Desa lama, Sadran Setradiwirja, memimpin rombongan menuju lokasi upacara. Di belakangnya, para pengawal membawa panji, air, tanah, dan pethuk (surat penyerahan) yang akan diserahkan kepada Kepala Desa baru, Waris Mustofa. Upacara ini mencakup pembacaan ikrar dan kesepakatan untuk bersatu di bawah nama Desa Paseh.
Simbol Persatuan dalam Air dan Tanah
Air dan tanah dari masing-masing wilayah, yang diwakili oleh kepala desa mereka masing-masing, diusung ke titik pertemuan. Di sana, air dan tanah tersebut disatukan sebagai simbol persatuan dua wilayah yang telah bersatu.
Waris Mustofa, Kepala Desa Paseh saat ini, mengungkapkan kebanggaannya terhadap semangat gotong royong dan persatuan warga desa. Ia mengapresiasi kelancaran acara peringatan seratus tahun tersebut, mulai dari malam tirakatan, pengambilan air dan tanah, hingga prosesi kirab dan Tarian Tirta Nyawijining Bumi yang melibatkan seratus penari.
Dengan rasa syukur, Waris menyatakan, “Semua prosesi berjalan dengan khidmat, termasuk puncak acara yang diisi dengan berbagai kegiatan dan Tarian Nyawijining Bumi yang menceritakan tentang sejarah Desa Paseh.“
Melestarikan Sejarah Melalui Kegiatan Budaya
Selain perayaan ritual, Desa Paseh juga telah menghasilkan lagu mars dan jingle desa yang diciptakan oleh seniman lokal, Drajat Nurangkoso.
Dalam tiga hari peringatan mulai dari 21 hingga 23 Agustus, Waris Mustofa mengungkapkan tujuan utama dari acara ini adalah untuk mengedukasi masyarakat, terutama penduduk Desa Paseh, tentang sejarah dan asal-usul desa mereka. Acara ini menjadi salah satu tonggak sejarah yang tak hanya merayakan masa lalu, tetapi juga menghubungkan generasi saat ini dengan akar budaya dan identitas Desa Paseh yang kaya akan warisan luhur.