Gilarpost.com | BANJARNEGARA – Baru-baru ini di ketahui Pondok Pesantren (Ponpes) Tanbihul Ghofilin, Banjarnegara, Jawa Tengah, Membuat dan menggunakan Pembangkit Tenaga Listrik Bertenaga Surya (PLTS) untuk menjadi sumber kebutuhan listrik mereka. (Dikutip dari Kompas.com 06/10/2021)
Program PLTS ini menjadi hal baru di pesantren-pesantren modern saat ini, selain itu baru pertama kali ada di Banjarnegara program seperti ini. PLTS sendiri adalah Pembangkit Listrik Bertenaga Tata Surya yang aman dan tidak akan menggangu ekosistem sekitar.
Diketahui, pemasangan pembangkit listrik ini bekerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Mahasiswa Undip ikut membantu mendukung program pemerintahan untuk perencanaan 2025 yaitu penerapan energi baru yang mencapai 23 persen.
“PLTS ini menggunakan sistem on-grid bisa di guanakan untuk alternatif guna mengurangi biaya tagihan listrik” Kata ketuan Tim Pengabdian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Undip, Jaka Windarta, Senin (1/10/2021).
Menurutnya, Pembangkit Listrik ini dapat bekerja secara bersamaan dengan PLN, sehingga dapat memungkinkan penghematan lebih hingga mengurangi biaya tagihan listrik.
Dia menerangkan, pada ponpes ini menerapkan instalasi sistem panel atap yang di pasang melalui atap masjid.
“Kami menghubungkannya ke gedung tata usaha pondok dengan kapasitas daya 3.520 VA. Dengan menerapkan PLTS berdaya 1.350 watt, maka PLTS dapat mengurangi tagihan listrik hampir setengah dari biaya normal” ujar Jaka.
Menggunakan daya 1.350 Watt, menurutnya diperkirakan dapat memproduksi energi 5 sampai 7 kWh setiap harinya. Ponpes Ghofilin kini dapat mengurangi biaya tagihan sampai dengan Rp.250.000 setiap bulannya.
Pengasuh Ponpes Tanbihul Ghofilin M Chamzah Hasan mengatakan, sangat mendukung program PLTS ini.
“Kita memiliki 2/500 santri yang semuanya membutuhkan daya listrik setiap harinya untuk menunjang aktivitas. Tentu ini sangat membantu sekali. Dan yang terpenting, ini dapat mendukung program pemerintah.” Kata pria yang menjadi pengurus Lembaga Wakaf PBNU ini.
Ia berharap kedepannya program seperti ini dapat di perluas hingga semua titik gedung di pesantren, maka akan sangat membantu sumber daya energi pesantren.
Lembaga yang ia pimpin terdiri dari tiga pendidikan formal mulai dari jenjang MTs hingga Perguruan Tinggi.
“Secara hitung-hitungan Kami diuntungkan secara ganda. Pengeluaran menjadi lebih ringan, di sisi lain Kami membantu mempercepat program energi baru terbarukan.” Kata M Chamzah Hasan.
Pemerintah juga memberikan perhatian cukup, mengenai program PLTS ini dan telah melakukan survey langsung. Seperti yang di ketahui Pemerintah memiliki rencana untuk menargetkan penerapan energi baru terbarukan pada 2025 mendatang.
Program PLTS ini menjadi pusat perhatian dan memberi masukan kepada Pemerintah saat ini untuk dapat mempercepat penerapannya di kemudian hari.
Di Banjarnegara sendiri baru ada Pondok Pesantren satu-satunya yang menerapkan sumber daya energi PLTS ini. Selain itu juga, berkat bantuan Mahasiswa Undip penerapan sistem ini dapat berjalan lebih cepat dan bisa langsung di gunakan secara terkoordinir.
Harapan kedepannya, program seperti ini dapat di berdayakan untuk keperluan masyarakat Banjarnegara dan sekitarnya. Tidak bisa di pungkiri, bahwa PLTS dapat menghemat biaya pengeluaran untuk listrik bulanan hingga mencapai lima puluh persen.
Warga juga akan termotivasi dengan adanya program penghematan sumber daya seperti ini menggunakan PLTS. Walau baru beberapa saja, diharapkan PLTS ini juga dapat membantu masyarakat sekitar untuk dapat mengurangi biaya listrik PLN bulanannya.
Pondok Pesantren Tanbihul, Banjarnegara, Jawa Tengah. Gilarpost.com melaporkan.
( MUF )