Dalam dunia akuntansi, para perusahaan akan menggunakan berbagai macam metode untuk menentukan besaran harga pokok (HPP) terhadap produk yang dibuatnya. Salah satu metode yang kerap digunakan yaitu variable costing. Selain prosesnya yang lebih simpel karena memperhitungkan biaya produksi saja, metode ini pun dianggap lebih cocok bagi beberapa tipe perusahaan.
Walaupun sama-sama digunakan sebagai dasar penentuan HPP, namun variable costing berbeda dengan metode perhitungan full costing. Mulai dari jenis biaya produksi hingga variabel lainnya semuanya berbeda. Untuk mengetahui rincian lengkapnya, maka langsung saja simak artikel lengkapnya di bawah ini.
Pengertian Variable Costing
Variable costing adalah suatu metode penentuan harga produk yang hanya didasarkan pada perhitungan beberapa variabel. Contohnya yaitu biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku, dan juga biaya overhead pabrik.
Karena sistem perhitungan biaya produksi berubah-ubah tergantung beberapa variabel yang mempengaruhinya, maka besaran harga pokok suatu produknya pun akan berfluktuasi naik turun sesuai proporsionalitas ruang lingkup produksinya.
Berdasarkan konsep pembiayaan variabel, maka HPP ditentukan atas beberapa faktor yang memengaruhinya seperti halnya:
- Biaya bahan baku
- Biaya overhead pabrik (variabel)
- Biaya tenaga kerja (variabel)
Harga pokok produk (HPP) = (a) + (b) + (c)
Nah, keunggulan dari variabel costing adalah bisa digunakan untuk menentukan harga jual produk (HPP) dalam jangka pendek. Selain itu berguna juga bagi tim manajemen perusahaan dalam menyajikan biaya tetap.
Sayangnya, metode ini kurang sesuai jika dipakai dalam prinsip akuntansi. Hal ini karena data yang dimasukkan tidak bisa digunakan untuk keperluan pelaporan pajak maupun pencatatan laba/rugi secara presisi.
Fungsi Variabel Costing bagi Perusahaan
Dibuatnya variabel costing bukanlah tanpa alasan. Perusahaan melalui pihak akuntan akan membuat pembayaran variabel dengan mengacu kepada beberapa fungsi sebagai berikut:
- Pemenuhan laporan informasi terhadap pihak manajemen sehingga bisa dijadikan sebagai sarana penentuan kebijakan dalam jangka pendek.
- Penetapan nilai HPP berdasarkan produksi suatu barang atau jasa bagi pihak manajemen dan operasional.
- Sarana mengetahui batasan kontribusi dalam hal perencanaan atas besarnya keuntungan yang didapatkan melalui analisa antara biaya, laba, dan volume produksi.
- Sarana pengendalian kondisi sistem operasional perusahaan yang sedang berjalan serta pertanggung jawaban terhadap bidang lainnya yang masih bersangkutan.
Perbedaan Full Costing dan Variable Costing
Apa saja perbedaan full costing dan variable costing? Berikut beberapa poin-poin yang menjadi perbedaan antara keduanya:
Perbedaan | Variable Costing | Full Costing |
Perhitungan HPP | Beban overhead pabrik variabel | Beban overhead pabrik variabel dan tetap |
Biaya per Perode | Berhubungan dengan biaya produksi | Tidak berkaitan dengan biaya produksi |
Laporan Keuangan | Dicatat semua walaupun tidak terjual | Hanya dicatat saat produk terjual |
Dampak | Mengurangi pendapatan dalam periode tertentu | Tidak mengurangi pendapatan dalam periode tertentu |
Sejatinya, antara variabel costing dan full costing memiliki perhitungan yang sama dalam HPP (Harga Pokok Penjualan). Namun, pada full costing tidak dilakukan pembebanan biaya pada produk yang belum terjual, hal ini karena di dalam produk tersebut memiliki biaya overhead yang masih melekat.
Selain itu, penyajian laporan keuangan laba ruginya pun berbeda. Apabila full costing hanya dicatat dalam biaya overhead tetap yang telah laku terjual saja, namun variabel costing akan mencatat seluruh biaya overhead tetap dalam laporan laba/rugi.
Format Laporan Variable Costing
Walau prosedur costing satu ini tidak memperlakukan biaya tetap manufaktur sebagai biaya periodik, namun susunan formatnya hampir sama dengan full costing. Diantaranya yaitu:
1. Hasil Penjualan
Merupakan total biaya yang diperoleh oleh perusahaan sebagai hasil dari penjualan penjualan produk dalam rentang waktu tertentu.
2. Harga Pokok Penjualan
Harga pokok per unit yang menjadi biaya dasar dari penjualan barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan.
3. Laba Bersih
Total keuntungan penjualan yang telah dikurangi dengan beban perusahaan dan juga biaya tenaga kerja, biaya operasional, biaya pemasaran, serta biaya tak terduga yang melingkup operasional dan produksi barang / jasa.
Untuk menghitung laba bersih, maka kalian perlu menghitung selisih laba kotor dengan total biaya iklan/marketing yang dikalikan dengan unit produk terjual, biaya administrasi variabel, biaya administrasi tetap, dan biaya pemasaran tetap.
4. Laba Kotor
Total keuntungan penjualan dan dari bidang lainnya yang belum dipotong dengan beban perusahaan dan biaya-biaya lainnya seperti biaya tenaga kerja, biaya operasional, biaya pemasaran, dan biaya tak terduga.
Perhitungan laba kotor sangatlah mudah. Kalian cukup menghitung perbedaan selisih antara total biaya hasil penjualan dengan HPP (harga pokok penjualan).
5. Biaya Pemasaran Variabel
Merupakan sejumlah dana atau biaya yang digunakan oleh perusahaan untuk keperluan iklan dan pemasaran (marketing) berdasarkan jumlah sesuai variabel produk yang dikeluarkan oleh perusahaan.
6. Biaya Pemasaran Tetap
Berbeda dengan biaya pemasaran variabel, biaya ini termasuk sejumlah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk keperluan iklan dan pemasaran (marketing) berdasarkan jumlah tetap (tidak berubah-ubah) mengikuti variabel produksi barang/jasa.
7. Biaya Administrasi Variabel
Merupakan sejumlah biaya yang digunakan oleh perusahaan untuk keperluan proses produksi dan administrasi umum dengan variabel produk yang berubah-ubah.
8. Biaya Administrasi Tetap
Yaitu sejumlah biaya yang digunakan oleh perusahaan untuk keperluan proses produksi dan administrasi umum dengan jumlah produksi yang tetap tanpa perubahan variabel.
Metode Perhitungan Variable Costing
Sebelum menghitung variable costing, alangkah baiknya untuk membuat rincian atas semua data keuangan yang mencangkup biaya operasional produksi. Berikut kami sajikan contoh perhitungan pembiayaan variabel untuk menentukan harga HPP pada PT XYZ.
Di tahun 2022, sebuah perusahaan bernama PT XZY memproduksi peralatan kesehatan (produk X) sebanyak 1000 unit. Nah, untuk menghitung harga biaya pokoknya menggunakan konsep metode perhitungan variabel costing yaitu sebagai berikut:
Jenis Biaya | Harga Produk X |
Biaya Bahan Baku Produksi | Rp 200/unit |
Biaya Tenaga Kerja Langsung | Rp 150/unit |
Biaya Administrasi dan Umum Tetap | Rp 200.000 |
Biaya Pemasaran Tetap | Rp 150.000 |
Biaya Pemasaran Variabel | Rp 300/unit |
Biaya Overhead Tetap | Rp 100.000 |
Biaya Overhead Variabel | Rp 400/unit |
Apabila produk X di atas terjual sebanyak 1000 unit dalam periode waktu yang di tentukan serta masing-masing produk dijual dengan harga Rp 2000 per unit, maka untuk menghitung harga pokok produksi melalui metode variabel costing ialah sebagai berikut:
- Biaya bahan baku produksi (Rp 200 x 1000) = Rp 200.000
- Biaya overhead variabel (Rp 400 x 1000) = Rp 400.000
- Biaya tenaga kerja langsung (Rp 150 x 1000) = Rp 150.000
Jadi, total HPP (Harga Pokok Produksi) = Rp 200.000 + Rp 400.000 + Rp 150.000
HPP (Harga Pokok Produksi) = Rp 750.000
Nah itu dia beberapa hal yang mestinya kalian ketahui terkait variable costing beserta cara menghitung HPP menggunakan konsep tersebut, semoga bermanfaat!