Selain jurnal penjualan, dalam ilmu akuntasi juga mengenal salah jurnal penting yang berkaitan dengan transaksi penjualan yaitu jurnal retur penjualan. Dengan melihat format contoh jurnal retur penjualan, kita bisa mengetahui bahwa jurnal retur dengan jurnal penjualan berbeda jauh baik dari segi fungsi maupun pemanfaatannya.
Apabila jurnal khusus penjualan difungsikan sebagai alat pencatat transaksi penjualan berbasis kredit, maka jurnal retur penjualan lebih dikhususkan untuk mencatat transaksi pengembalian barang yang dilakukan pihak konsumen.
Pengertian Jurnal Retur Penjualan
Jurnal retur penjualan adalah jurnal yang berisikan catatan data retur atau pengembalian penjualan dari konsumen kepada pihak perusahaan. Pengembalian barang (retur) sendiri dapat terjadi karena beberapa alasan, misalnya kerusakan barang, barang tertukar, atau ketidakcocokan dengan selera pembeli.
Dalam akuntansi, retur barang akan memberikan penambahan barang ke stok aset produk perusahaan. Akan tetapi, hal itu juga akan menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan.
Semua transaksi penjualan baik dalam bentuk tunai maupun kredit yang mengalami pengembalian barang nantinya akan dicatat dalam jurnal retur. Akan tetapi, dalam pencatatannya kita wajib memperhatikan pencatatannya agar memudahkan pemindahan ke dalam buku akuntansi.
Kita perlu membedakan antara retur penjualan dari sebuah transaksi kredit maupun non kredit. Ada akun piutang yang perlu kita catat yang akan menggantikan akun kas saat menuliskan retur barang dengan piutang yang sudah beredar.
Dengan adanya retur barang, maka pihak perusahaan atau dalam hal ini pihak penjual tentunya harus menutup biaya produksi barang atau menggantinya dengan barang lain yang berfungsi secara optimal.
Pada saat pembeli mengajukan retur, maka mereka harus menyertakan “nota kredit”. Nota kredit sendiri merupakan bukti penerimaan pembelian baik dalam bentuk kwitansi, invoice, nota pembelian, atau lainnya.
Penyebab Terjadinya Retur Penjualan
Pengembalian barang yang dilakukan oleh pembeli tentunya bukan tanpa alasan. Mereka umumnya melakukan retur dengan beberapa alasan penting seperti berikut ini:
- Kerusakan produk: saat produk yang mereka terima mengalami kerusakan baik rusak bawaan produksi maupun rusak akibat pengiriman, maka kebanyakan akan mengajukan retur dengan penukaran berupa barang baru ataupun dengan uang.
- Cacat produk dalam masa garansi: saat awal-awal membeli mungkin masih normal seperti biasa, namun setelah beberapa waktu mengalami kerusakan dan pembeli mengajukan klaim garansi, maka hal ini akan terjadi retur penjualan.
- Kesalahan varian: jika kesalahan disebabkan oleh pihak produsen yang melakukan kesalahan pemilihan varian sesuai yang diminta pembeli, maka tentu saja pihak pembeli akan mengajukan retur pengembalian barang.
- Kesalahan produk: bagi perusahaan yang menjual banyak produk sekaligus, mereka juga seringkali melakukan kesalahan dengan mengirimkan produk yang sama sekali berbeda. Dalam suatu survey, 23% alasan retur yaitu karena kesalahan pengiriman produk.
- Ukuran yang tidak sesuai: beberapa perusahaan menawarkan layanan bebas retur apabila ukurannya tidak pas. Contohnya pada perusahaan penjualan baju, sepatu, dan sejenisnya.
Pencatatan Retur Penjualan Produk
Pencatatan retur dalam penjualan produk bisa dikelompokkan berdasarkan adanya piutang atau tidak. Apabila terdapat piutang, maka data yang ditampilkan adalah akun piutang, namun bila tidak ada piutang maka yang dicatat adalah akun kas. Berikut rinciannya:
A. Pengembalian Barang Tanpa Piutang
Bila produk yang dibeli oleh pelanggan tidak menggunakan hutang, maka perusahaan tidak mempunyai piutang atas transaksi tersebut sehingga bisa dicatat dengan format sebagai berikut:
Tangal | Keterangan | Debet | Kredit |
1 Juni 2023 | Akun Penjualan | Rp xxxx | |
Akun Kas | Rp xxxx | ||
Akun Inventori | Rp xxxx | ||
Harga Pokok Penjualan | Rp xxxx |
B. Pengembalian Barang dengan Piutang
Nah, jika saat pengembalian barang yang dilakukan oleh pembeli dengan piutang yang sudah beredar, maka kita bisa mencatat rincian pengeluarannya sebagai berikut dengan mengganti akun kas dengan akun piutang:
Tangal | Keterangan | Debet | Kredit |
1 Juni 2023 | Akun Penjualan | Rp xxxx | |
Akun Piutang | Rp xxxx | ||
Akun Inventori | Rp xxxx | ||
Harga Pokok Penjualan | Rp xxxx |
Jenis Retur Penjualan dalam Akuntansi
Dalam akuntansi, perusahaan akan membagi pencatatan retur penjualan ke dalam 3 jenis transaksi yaitu:
- Pengembalian produk ke pihak penjual lalu diganti dengan pengembalian uang (kas) ke pihak pembeli.
- Retur barang ke pihak perusahaan penjual lalu diganti dengan pengurangan nilai piutang dari pihak pembeli.
- Pengembalian barang yang bermasalah lalu diganti dengan produk baru sesuai dengan kesepakatan antara pembeli dan penjual.
Bagi perusahaan, retur penjualan memang akan menyebabkan kerugian dari sisi finansial. Namun, dalam jangka panjang tidak demikian.
Dalam suatu survey, diketahui bahwa pelanggan justru akan membeli kembali barang dari suatu perusahaan yang menyediakan retur pembelian dengan persentase hingga 357%.
Contoh Jurnal Retur Penjualan & Cara Membuatnya
Cara menghitung retur penjualan sejatinya sangatlah mudah, terlebih retur penjualan dicatat dalam jurnal khusus sehingga kita bisa mudah menyalinnya. Berikut ini beberapa contoh transaksi retur penjualan yang bisa kalian jadikan sebagai bahan pelajaran nantinya:
Contoh Soal Jurnal Retur Penjualan dan Jawabannya
Sebuah Toko Produk Elektronik bernama PT Elektro Jaya menyediakan layanan garansi toko selama 30 hari (di luar garansi resmi). Di Bulan Januari 2023, toko tersebut telah menjual 100 penjualan dengan total penjualan Rp 100.000.000.
Sekitar 50% dari produk tersebut terjual secara cash atau tunai dan 50% secara kredit. Dan pengembalian produk terjadi dengan persentase 5% dari keseluruhan barang yang terjual akibat adanya cacat produksi.
Dari penjualan tersebut, perusahaan memperoleh sekitar 20% margin bersih dengan pokok penjualan yaitu sebesar Rp 80.000.000.
Jawaban:
Untuk membuat jurnal retur penjualan, maka kita perlu menghitung jumlah pengembalian penjualan terlebih dahulu. Yaitu 5% dari Rp 100.000.000 yaitu Rp 5.000.000.
Nah, dikarenakan penjualan cash yaitu sebesar 50%, maka untuk sisanya adalah kredit. Maka untuk meneruskan entri jurnal kita bisa mengalikan 50% dengan Rp 5.000.000 yaitu Rp 2.500.000. Kemudian yang separuhnya lagi yaitu kredit juga sama-sama Rp 2.500.000.
Karena nilai margin kotor 20%, maka Rp 5.000.000 x 20% = Rp 1.000.000. Nah, persediaannya jadi Rp 5.000.000 – Rp 1.000.000 = Rp 4.000.000. Nilai ini nantinya akan mengurangi HPP dan menambah nilai persediaan kas.
Dari perhitungan di atas, maka kita bisa membuat rincian data lengkapnya seperti berikut di bawah:
- Penjualan: Rp 100.000.000
- Retur Penjualan: Rp 5.000.000
- Tunai: Rp 2.500.000
- Kredit: Rp 2.500.000
- Saldo Persediaan: 4.000.000
Entri Jurnal Pengembalian Penjualan
Selanjutnya, kita masukan data-data tersebut di atas ke dalam format entri jurnal penjualan dengan memperhatikan 4 akun utama. Yaitu akun penjualan, akun kas, akun persediaan dan akun piutang.
Tangal | Keterangan | Debet | Kredit |
31 Januari 2023 | Akun Penjualan | Rp 2.500.000 | |
Akun Kas | Rp 2.500.000 | ||
Akun Penjualan | Rp 2.500.000 | ||
Akun Piutang | Rp 2.500.000 |
Untuk penyesuaian HPP (Harga Pokok Penjualan), maka kita bisa mengacu pada saldo persediaan dengan rincian:
Tangal | Keterangan | Debet | Kredit |
31 Januari 2023 | Akun Persediaan | Rp 4.000.000 | |
Harga Pokok Penjualan | Rp 4.000.000 |
Demikianlah rincian contoh jurnal retur penjualan beserta rincian cara membuatnya, semoga bermanfaat!