Biaya tetap atau fixed cost merupakan salah satu dari dua jenis biaya operasional. Karena merupakan biaya operasional, tentunya biaya ini harus dihitung oleh setiap perusahaan. Biaya ini nantinya akan berkaitan dengan proses produksi yang harus dibiayai oleh perusahaan itu sendiri.
Karena merupakan biaya yang tetap, maka biaya ini tidak akan berubah-ubah. Artinya, biaya ini akan selalu sama. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang biaya tetap ini, mari simak penjelasan singkat berikut ini.
Pengertian Biaya Tetap (Fixed Cost)
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, fixed cost ialah biaya yang sifatnya statis atau tidak mengalami perubahan. Dengan kata lain, fixed cost merupakan pengeluaran yang tidak tergantung pada perubahan jumlah produk yang dihasilkan.
Perubahan apapun yang terjadi pada aktivitas bisnis yang tengah dilakukan perusahaan tetap tidak akan mempengaruhi fixed cost ini. Fixed cost akan tetap ada dan harus dibayarkan oleh perusahaan walaupun perusahaan tidak menghasilkan keuntungan bahkan tidak beroperasi.
Fixed cost ini termasuk biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan secara rutin dalam menjalankan bisnis. Dalam laporan, biaya ini akan ditulis di laporan laba rugi yang berhubungan dengan laba operasi, tepatnya di bagian pengeluaran tidak langsung.
Contoh Biaya Tetap (Fixed Cost)
Untuk contoh fixed cost itu sendiri, contohnya ada 7 macam seperti berikut:
- Pajak properta yang diberlakukan atas aset milik perusahaan
- Beban bunga, yaitu biaya atas dana yang dipinjam oleh perusahaan ke pemberi pinjaman
- Asuransi
- Biaya penyusutan atau pembebanan bertahap serta sistematis atas aset yang berwujud
- Biaya sewa toko atau kantor atau pabrik atau gedung
- Utilitas yang terdiri atas telepon, tagihan listrik dan lain sebagainya walaupun tidak semua utilitas tersebut termasuk dalam kelompok fixed cost
- Gaji
Kalau fixed cost ini dikaitkan dengan kegiatan produksi, mari ambil contoh tentang sebuah gudang. Gudang ini disewa sebagai lokasi pabrik dan biayanya sebesar Rp100 juta per tahun. Saat produksi masih belum dimulai, otomatis biaya sebesar Rp100 juta tersebut sudah dikeluarkan.
Ketika produksi sudah mulai dilakukan, biaya sewa yang dikeluarkan juga masih sama, yaitu Rp100 juta, Bahkan, pada saat aktivitas produksi semakin banyak dan volume produk bertambah, biaya sewanya juga masih sama.
Jenis-Jenis Biaya Tetap (Fixed Cost)
Perlu ditekankan lagi bawahsanya fixed cost ini todak terpengaruh oleh banyak sedikitnya produk yang dihasilkan serta tidak terpengaruh oleh banyak sedikitnya aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Namun, fixed cost ini terdiri atas 2 jenis sebagai berikut:
1. Discretionary Fixed Cost
Ini adalah biaya kebijakan yang pengeluarannya masih tergantung pada kebijakan manajemen perusahaan. Dengan kata lain, ini adalah biaya yang diakibatkan oleh adanya keputusan tahunan yang telah dibuat oleh pihak manajemen untuk membelanjakan biaya tetap tertentu.
Contoh dalam hal ini ialah riset, iklan, program pengembangan manajemen, hubungan masyarakat dan lain sebagainya. Discretionary fixed cost ini memiliki ciri-ciri khusus, yaitu bersifat jangka pendek.
Selain itu, biaya ini juga bisa diperkecil atau diubah apabila terdapat perubahan situasi yang mendadak dan berada di luar perhitungan manajemen. Meskipun demikian, pemotongan yang mendadak ini diharapkan agar tidak sampai mengurangi kualitas dari tujuan yang hendak dicapai perusahaan.
2. Committed Fixed Cost
Committed fixed cost merupakan biaya yang dikeluarkan dengan tujuan untuk menjaga eksistensi perusahaan. Biaya ini juga pada umumnya berhubungan dengan peralatan, investasi fasilitas serta struktur organisasi pokok yang ada dalam perusahaan.
Jenis fixed cost yang kedua ini memiliki ciri-ciri yaitu bersifat jangka panjang. Selain itu, committed fixed cost juga tidak bisa dikurangi atau diperkecil nilainya secara mendadak tanpa mempengaruhi kegiatan perusahaan secara serius.
Committed fixed cost juga bisa dianggap sebagai biaya yang dikeluarkan dengan tujuan supaya perusahaan bisa tetap mampu menjalankan operasional atau kegiatannya dalam kapasitas minimal.
Andaikata operasional perusahaan tersebut berhenti karena bangkrut, committed fixed cost akan tetap dikeluarkan. Contoh dari committed fixed cost ini ialah gaji manajemen puncak, gaji karyawan, asuransi, pajak bangunan serta penyusutan gedung dan peralatan.
Mengingat committed fixed cost ini tidak bisa diubah seketika dan berlaku dalam jangka panjang, maka perencanaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Penentuannya perlu mempertimbangkan kapasitas produksi serta penjualan perusahaan selama beberapa tahun ke depan.
Sebab, begitu biaya ini sudah diputuskan, maka pihak manajemen akan sulit untuk mengubahkan. Sedangkan tugas pihak manajemen yang selanjutnya ialah memikirkan bagaimana caranya melakukan kegiatan operasional yang efisien dengan memanfaatkan pola yang sudah terbentuk tersebut.
Rumus Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Cara Menghitungnya
Fixed cost selain memiliki ciri-ciri jumlahnya tidak berubah, juga memiliki ciri biaya per unitnya yang berbanding terbalik dengan perubahan volume. Kalau volume rendah, fixed cost akan tinggi. Sebaliknya, kalau volume tinggi, maka fixed cost per unit jadi rendah.
Mengenai perhitungan fixed cost ini, mari ambil contoh sebagai berikut: Perusahaan A per Juni 2020 sudah menghabiskan biaya produksi yang besarnya Rp1 milyar dan kuantitas produksinya sebesar 30 ribu barang.
Untuk biaya variabel sebesar Rp30 ribu setiap produknya. Berdasarkan ilustrasi tersebut, perhitungan biaya tetapnya menjadi seperti ini:
Fixed Cost = Total Cost – (Unit Variable Cost x Quantity)
= Rp1.000.000.000 – (30.000 x Rp30.000)
= Rp1.000.000.000 – Rp900.000.000
= Rp100.000.000
Dengan demikian, bisa diketahui bahwasanya untuk fixed cost pada perusahaan A tersebut ppada bulan Januari 2021 sebesar Rp100.000.000
Cara Menentukan Apakah Biaya Termasuk Fixed Cost Atau Tidak
Tentunya, pemilik usaha harus memahami jenis atau klasifikasi biaya. Dengan begini, masalah biaya bisa dikelola dengan baik dan tentunya operasional bisnis juga bisa lebih efisien. Biaya itu sendiri ada dua macam, ada fixe cost dan ada variable cost.
Tentunya keduanya berbeda dan untuk menentukan apakah suatu biaya termasuk dalam fixed cost atau variable cost, diantara cara yang bisa digunakan ialah sebagai berikut.
1. Komposisi Biaya
Untuk fixed cost umumnya terdiri atas biaya overhead produksi, biaya distribusi, penjualan administrasi sampai biaya distribusi. Semetara untuk variable cost, ini adalah gabungan dari distribusi yang tidak tetap, biaya penjualan, biaya tenaga kerja, biaya produksi serta biaya material yang digunakan.
2. Waktu Pengeluaran
Untuk fixed cost selalu dikeluarkan selama periode tertentu sekalipun perusahaan sedang tidak melakukan kegiatan produksi. Sedangkan kalau variable cost, akan dikeluarkan hanya saat kegiatan produksi berlangsung atau justru saat tidak ada kegiatan produksi sama sekali.
3. Kualitas Unit Produksi
Jumlah fixed cost tidak akan mengalami perubahan walaupun terjadi perubahan pada jumlah unit. Sementara untuk variable cost, jumlahnya bisa bervariasi sesuai jumlah produksi unit.
4. Fokus Penilaian
Penilaian fixed cost ditentukan dengan berdasarkan waktunya. Sedangkan kalau untuk variable cost, penentuannya lebih mengacu pada banyak sedikitnya produksi.
5. Biaya Satuan
Untuk fixed cost berlaku berbanding terbalik, Artinya, kalau produksi per unit meningkat, fixed cost justru semakin rendah dan kalau produksi per unit menurun fixed cost malah tinggi. Sementara kalau variable cost, antara jumlah unit yang diproduksi dengan biayanya berbanding lurus.
Sebagai kesimpulan, biaya tetap masih harus dikeluarkan baik perusahaan melakukan aktivitas, sedikit melakukan aktivitas maupun banyak melakukan aktivitas. Namun, biaya ini akan menjadi semakin kecil kalau unit yang diproduksi atau aktivitas yang dilakukan semakin banyak.