Bank sebagai lembaga keuangan memiliki berbagai produk layanan yang akan memberikan kemudahan bagi para nasabahnya. Salah satu contoh produk layanan yang diberikan oleh bank adalah giro. Akuntansi giro juga memiliki peranan penting dalam pencatatan setiap transaksi giro.
Transaksi giro yang dicatat menggunakan pedoman dan standar akuntansi pastinya akan tersusun dengan lebih rapi dan sistematis. Tujuannya tentu saja untuk membuat aktivitas transaksi giro berjalan lebih efektif dan tercatat/ tersimpan dengan baik.
Apa yang dimaksud dengan giro? Lalu apa itu akuntansi di dalam giro? Apa saja manfaat dan jenis rekening giro? Bagaimana cara pencatatan transaksi giro? Simak informasi lebih lengkap tentang akuntansi di dalam transaksi giro melalui artikel di bawah ini!
Pengertian
Giro adalah simpanan di bank yang dapat ditarik menggunakan metode tertentu, seperti bilyet giro, cek, surat perintah bayar, surat pemindahbukuan, dan lain sebagainya. Layanan giro dapat diperoleh nasabah dengan membuat rekening giro dan membayar bunga dalam jumlah tertentu kepada bank.
Simpanan di dalam rekening giro dapat ditarik setiap saat karena bersifat sebagai sumber dana jangka pendek. Pembukaan rekening giro dapat dilakukan langsung di bank dengan setoran minimum berbeda-beda tergantung kebijakan bank.
Akuntansi adalah proses untuk mencatat, mengklasifikasikan, meringkas, mengolah, serta menyajikan berbagai data keuangan secara lengkap. Selain itu, akuntansi memiliki peranan penting dalam upaya mengelola maupun mengontrol transaksi keuangan untuk keperluan tertentu.
Akuntansi giro adalah proses pencatatan, pengelolaan, pengklasifikasian, hingga penyajian berbagai data transaksi giro. Di dalam kondisi ini, pihak bank memiliki kewajiban untuk mengurus semua pencatatan atau administrasi akuntansi pada layanan giro nasabah.
Semua transaksi giro akan dicatat sesuai nominalnya dan termasuk ke dalam kewajiban bank terhadap nasabah pemilik rekening giro (giran). Di dalam catatan akuntansi, giro akan termasuk saldo kredit. Saldo giro tersebut dapat ditarik nasabah kapan saja.
Ketika nasabah menarik saldo giro menggunakan cek atau bilyet giro yang besarnya lebih dari saldo miliknya, maka pencatatan giro dalam akuntansi akan menjadi debet. Artinya, saldo rekening giro akan menjadi negatif.
Manfaat dan Kegunaan
Giro memiliki beberapa manfaat dan kegunaan yang membuatnya banyak digunakan oleh nasabah perorangan maupun badan usaha. Selain itu, pencatatan akuntansi giro juga memiliki beberapa manfaat dan kegunaan.
1. Manfaat dan Kegunaan Rekening Giro
Apa fungsi atau kegunaan dari rekening giro? Fungsi atau kegunaan utama dari giro adalah sebagai alat pembayaran dalam suatu transaksi.
Di dalam bidang akuntansi, manfaat utama dari giro adalah memberikan kemudahan untuk menarik uang kapan saja. Selain itu, giro juga memberikan kemudahan untuk membayar transaksi dengan nominal besar tanpa harus secara langsung menyerahkan uang tunai.
Selain itu, berikut ini beberapa manfaat dari rekening giro, yaitu:
- Membantu menyimpan uang dengan lebih aman
- Memungkinkan pembayaran transaksi jual beli menggunakan bilyet giro atau cek
- Nasabah tidak memiliki batasan limit transaksi
- Setiap bulannya nasabah pemilik rekening giro akan mendapatkan rekening koran
- Memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam pengelolaan keuangan perusahaan
- Menyediakan laporan keuangan yang jelas dan lengkap
2. Manfaat dan Kegunaan Akuntansi Giro
Akuntansi di dalam pengelolaan dan pengaturan transaksi giro juga memiliki beberapa manfaat. Berikut ini beberapa manfaat penerapan akuntansi untuk semua transaksi rekening giro, yaitu:
- Membuat semua transaksi giro tercatat dengan rapi dan sistematis
- Perhitungan transaksi giro lebih tepat dan terhindar dari kesalahan
- Membantu menyajikan laporan transaksi giro secara menyeluruh dan tepat untuk periode waktu tertentu
- Membantu proses perbaikan data transaksi jika ditemukan kesalahan
- Proses pengelolaan data transaksi keuangan giro lebih efektif dan efisien
- Mampu menyajikan data yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
Jenis-jenis Rekening Giro
Secara umum, terdapat dua rekening giro yang dapat dimiliki oleh nasabah. Setiap jenis giro harus dicatat dengan menggunakan standar dan prinsip akuntansi, sehingga data transaksi jenis giro apa pun tetap terkelola dengan baik.
Memangnya, apa saja jenis giro? Jika belum mengetahuinya, maka berikut ini jenis-jenis rekening giro yang harus Anda ketahui, yaitu:
1. Giro Pemerintah
Jenis giro yang satu ini dimiliki oleh instansi pemerintahan. Contoh jenis giro pemerintah adalah giro dinas perpajakan, giro departemen, giro kelurahan, dan berbagai jenis giro pemerintah lainnya.
2. Giro Swasta
Selain giro pemerintah, ada juga jenis giro swasta. Jenis giro yang satu ini dapat dimiliki oleh korporasi, kelompok, instansi swasta, badan non pemerintah, yayasan sosial, bahkan perorangan.
Selain itu, jenis giro secara umum berdasarkan statusnya juga dapat dibedakan menjadi giro aktif dan giro pasif. Rekening giro dalam kondisi aktif ketika digunakan untuk melakukan transaksi terus menerus dalam periode waktu tertentu.
Lalu, kapan rekening giro dikatakan termasuk ke dalam status pasif? Suatu rekening giro dapat dianggap pasif ketika tidak ada mutasi dan memiliki saldo di bawah minimal selama enam bulan berturut-turut.
Setiap bulannya, pihak bank akan tetap mengenakan biaya administrasi terhadap rekening giro pasif tersebut hingga saldonya nol atau habis. Setelah itu, pihak bank akan menutup rekening giro pasif tersebut secara sepihak.
Selain itu, sebenarnya rekening giro yang sudah pasif atau tidak aktif dapat langsung ditutup sendiri oleh nasabah pemiliknya.
Bagaimana Cara Pencatatan Transaksi dalam Akuntansi Giro?
Pencatatan transaksi giro dilakukan dengan mencatatnya ke dalam jurnal umum akuntansi. Catatan yang dicantumkan berupa nilai nominal setoran atau penarikan di dalam rekening giro. Selain itu, ada juga pencatatan nilai kewajiban bank terhadap nasabah pemilik rekening giro.
Transaksi giro pada kondisi normal akan selalu dicatat sebagai saldo kredit. Namun, transaksi giro juga dapat dicatat ke dalam saldo debet ketika kondisi overdraft. Overdraft merupakan sebuah kondisi ketika saldo giro negatif.
Hal ini karena terjadi penarikan saldo melebihi jumlah saldo giro yang dimiliki nasabah. Saldo tersebut dapat ditarik karena diberikan oleh bank sebagai talangan terlebih dahulu.
Selain itu, di dalam pencatatan akuntansi dalam transaksi giro juga harus memperhatikan adanya bunga giro, pajak, dan biaya administrasi untuk bank.
Seluruh transaksi dalam rekening giro harus dicatat seusai urutan waktu transaksi tersebut dilakukan. Hal ini agar data akuntansi transaksi giro dapat ditelusuri atau tracking untuk berbagai keperluan.
Contoh Pencatatan Akuntansi Giro
Seperti apa contoh pencatatan akuntansi dalam mutasi rekening giro? Jika belum mengetahuinya, maka berikut ini salah satu contoh sederhana catatan akuntansi yang ada dalam mutasi transaksi rekening giro, yaitu:
Tanggal | Keterangan | Debit | Kredit | Saldo |
1 Desember | Setoran Tunai | Rp1.000.000 | Rp1.000.000 | |
6 Desember | Setoran Tunai | Rp1.200.000 | Rp2.200.000 | |
8 Desember | Setoran Kliring | Rp800.000 | Rp3.000.000 | |
14 Desember | Pengambilan | Rp1.000.000 | Rp2.000.000 | |
17 Desember | Transfer Keluar | Rp500.000 | Rp1.500.000 | |
21 Desember | Setoran Tunai | Rp1.450.000 | Rp2.950.000 | |
22 Desember | Transfer Masuk | Rp500.000 | Rp3.450.000 | |
27 Desember | Transfer Keluar | Rp2.000.000 | Rp1.450.000 | |
30 Desember | Bunga Giro | Rp 10.000 | Rp1.460.000 | |
Pph (Pajak) | Rp1.500 | Rp1.458.500 | ||
Biaya Administrasi | Rp50.000 | Rp1.408.500 |
Akuntansi giro mencakup segala prosedur administrasi keuangan dalam pengelolaan rekening giro. Pencatatan akuntansi untuk semua transaksi giro harus dilakukan dengan tepat, teliti, dan sistematis agar data yang dihasilkan mudah digunakan untuk berbagai keperluan.