Akuntansi aset tetap – Seorang tokoh bernama Munawir memaparkan mengenai pengertian aset sebagai sumber daya yang bernilai ekonomi serta memiliki fungsi yang berguna dalam memperhitungkan jumlah kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Aset terbagi menjadi beberapa jenis, mulai dari aset tetap, aset lancar, aset berwujud maupun aset tidak berwujud. Untuk mengenal lebih dalam mengenai klasifikasi aset, artikel ini akan mengupas tuntas mengenai aset serta penerapannya.
Jenis Aset dan Klasifikasinya
Sebelum membahas mengenai akuntansi aset tetap, sebagai pengusaha yang menjalankan suatu bisnis tentunya Anda akan memperhitungkan anggaran pengeluaran oprasional dan penyusutan. Hal ini berkaitan erat dengan aset yang diklasifikasikan dalam beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut.
1. Aset Berdasarkan Bentuknya
Kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan bisa berupa benda yang berwujud fisik maupun tidak. Maka berdasarkan keberadaannya, aset dibagi mejadi dua jenis yaitu aset berwujud dan aset tidak berwujud. Berikut ini penjelasan dari dua jenis aset tersebut.
a. Aset Berwujud
Secara bentuknya aset yang dapat terlihat keberadaanya maka disebut sebagai aset berwujud. Misalnya yaitu bangunan, uang tunai, kendaraan, mesin produksi, tanah, alat kantor, barang dagangan dan lain-lainnya.
b. Aset tidak berwujud
Sedangkan aset yang tidak berwujud meruapakan kepemilikian yang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Misalnya kekayaan intelektual, hak cipta, merk brand, hak paten dan lain-lainnya.
2. Aset Berdasarkan Konvertibilitas
Jika diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatannya, aset dibagi menjadi dua jenis yaitu aset lancar dan aset tidak lancar. Nantinya aset tidak lancar akan diklasifikasikan lagi menjadi aset tetap, aset tidak tidak berwujud dan investasi jangka panjang. berikut ini klasifikasi aset menurut pemanfaatannya.
a. Pengertian Aset Lancar
Berdasarkan pemanfaatannya, aset lancar termasuk kategori aktiva likuid. Dimana aset tersebut dapat dengan mudah Anda konversikan dengan uang tunai. Pasalnya aset tersebut memiliki siklus pemanfaatan yang lebih singkat, umumnya didapatkan dalam siklus satu tahun.
Pemanfaatannya yang lebih singkat menjadikan aset ini termasuk kepemilikan yang cepat habis. Meski demikian kekayaan tersebut akan tergantikan kembali oleh aset lainnya. Contoh dari aset lancar yaitu piutang usaha, perlengkapan, penghasilan, kas, investasi, persediaan, dan lain-lainnya.
b. Aset Tidak Lancar
Berbeda dari aset lancar, pemanfaatan aset tidak lancar relatif lebih lama, dengan waktu lebih dari satu tahun. Aset ini digunakan sebagai penunjang keberlangsungan bisnis untuk memperoleh keuntungan yang jauh lebih besar dimasa mendatang.
Sedangkan aset lancar diumpamakan sebagai dana darurat yang bisa kita pergunakan dengan jangka periode tertentu. Dimana perusahaan memiliki pemasukan untuk tetap melangsungkan kegiatan produksinya.
Aset tidak lancar ini terbagi menjadi 3 jenis diantaranya yaitu:
1. Bentuk Aset Tetap
Secara bentuknya aset tetap termasuk pada jenis kekayaan yang dapat terlihat wujudnya. Dalam akuntansi aset tetap, kepemilikan ini dijadikan sebagai sarana dalam melakukan produksi baik berbentuk barang maupun jasa.
Aset ini digunakan oleh perusahaan untuk menunjang kegiatan oprasional dan dapat dijual jika masa pemanfaatan telah habis atau aset tersebut mengalami penyusutan. Contoh dari aset tetap diantaranya seperti gedung, alat atau mesin produksi, tanah, kendaraan, dan lain-lainnya.
2. Aset yang Tidak Berwujud
Bentuk kepemilikan lainnya dari aset tidak lancar adalah aset yang secara wujudnya tidak terlihat fisiknya. Namun, memiliki manfaat bagi perusahaan dalam keberlangsungan bisnisnya. Misalnya yaitu hak sewa, hak paten, goodwill, hak guna bangungan dan lain-lainnya.
3. Investasi dengan Jangka Panjang
Selain kedua jenis aset diatas, yang tidak kalah pentingnya adalah investasi jangka panjang. jenis investasi ini bertujuan untuk memperbesar jumlah kekayaan dimasa mendatang. Misalnya yaitu suatu perusahaan melakukan penanaman modal dengan perusahaan lainnya.
Setiap terjadi pertumbuhan yang terjadi kemudian dicatatat oleh perusahaan yang menerima modal dalam laporan neraca. Hal ini bertujuan agar kedua belah pihak dapat mengetahui laba yang diperoleh serta pertimbangan dalam pengembangan bisnis dimasa mendatang.
Karakteristik Kepemilikan dalam Akuntansi Aset Tetap
Setelah kita mengenal berbagai klasifikasi aset berdasarkan bentuk dan pemanfaatannya, maka aset tetap merupakan jenis kekayaan yang terlihat wujudnya dan dimanfaatkan dalam kegiatan oprasional. Berikut ini beberapa karakteristik dari aset tetap.
1. Pemanfaatan Relatif Lebih Lama
Seperti yang telah dibahas pada poin aset tidak lancar, aset tetap merupakan jenis kekayaan yang dapat digunakan dengan masa pemanfaatan yang lebih dari satu tahun. Pasalnya aset tetap digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan oprasionalnya.
Sehingga jenis aset tersebut dimasukan dalam laporan neraca sebagai aset tetap dan dapat dijual jika sudah tidak digunakan. Lain halnya dengan aset lancar yang mengalami siklus yang lebih cepat habis namun lebih mudah untuk dicairkan dalam bentuk uang tunai.
2. Nilainya Mengalami Penyusutan
Aset tetap dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga dalam penggunaanya seringkali terjadi penyusutan. Misalnya terjadi kerusakan sehingga harus diperbaiki atau jumlahnya berkurang dan harus ditambah.
Penyusutan tersebut dibebankan pada anggaran pengeluaran, pasalnya keberaaan aset tersebut sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Sehingga dalam penggunaanya diperlukan semacam biaya perawatan.
3. Tidak Bersifat Likuid
Aset yang bersifat likuid lebih mudah untuk dicairkan dalam bentuk uang tunai. Adapun karakteristik dari aset tetap adalah tidak likuid, artinya aset tersebut cukup sulit untuk dicairkan. Pasalnya untuk mencairkannya harus dijual terlebih dahulu.
Selain itu, aset tetap memang diperuntukan untuk kegiatan produksi agar memperoleh keuntungan., sehingga keberadaannya bukanlah sebagai aset yang diperjual belikan.
4. Memberikan Keuntungan Jangka Panjang
Kategori aset tetap seperti yang telah disebutkan sebelumnya merupakan jenis aset yang sering digunakan oleh perusahaan dalam melakukan produksi. Dimana hampir seluruh kegiatan oprasional tidak terlepas dari aset tetap.
Sehingga aset ini memberikan manfaat selama digunakan dan menghasilkan barang maupun jasa yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Cara menghitung Penyusutan dalam Akuntansi Aset Tetap
Dalam pemanfaatannya, aset tetap mengalami nilai penyusutan yang dihitung dalam laporan keuangan. Untuk mengetahui nilai penyusutan setiap aset tersebut, terdapat beberapa metode yang sering digunakan diantaranya sebagai berikut.
1. Metode Garis Lurus
Cara pertama yang digunakan adalah dengan penyusutan garis lurus, metode ini mengharuskan kita untuk mencari nilai residu terlebih dahulu pada akhir tahun penggunaan aset. Adapun rumus untuk mengetahui penyusutan tersebut diantaranya sebagai berikut.
Beban penyusutan = (nilai aset – nilai residu) / lama pemakaian
Agar lebih memahami rumus tersebut berikut ini contoh soal akuntansi aset tetap:
Sebuah perusahaan akan menjual mesin produksi yang dibeli dengan harga Rp10.000.000. jika dalam jangka waktu 5 tahun mendatang perusahaan berniat untuk menjual mesin tersebut berapakah biaya penyusutan dari aset tersebut jika nilai residunya adalah 2 juta?
Beban penyusutan = (Rp.10.000.000 – Rp2.000.000) / 5
= Rp8.000.000 / 5
= Rp1.600.000 / tahun
Maka diketahui nilai beban penyusutan untuk mesin tersebut adalah Rp1.600.000 / tahun
2. Metode Saldo Menurun Ganda
Cara kedua yaitu menggunakan metode penyusutan pada saldo menurun ganda, dimana kita akan memperkirakan nilai penyusutan yang lebih besar. Dibandingkan cara pertama metode ini secara detail menetapkan perkiraan penyusutannya.
Dengan contoh soal yang sama kita akan menghitung nilai penyusutan dari aset tetap tersebut.
Tahun | Harga | Residu | Depresiasi | Penyusutan | Total |
1 | Rp10.000.000 | Rp10.000.000 | 40% | Rp4.000.000 | Rp4.000.000 |
2 | Rp10.000.000 | Rp6.000.000 | 40% | Rp2.400.000 | Rp6.400.000 |
3 | Rp10.000.000 | Rp3.600.000 | 40% | Rp1.440.000 | Rp7.840.000 |
4 | Rp10.000.000 | Rp2.160.000 | 40% | Rp864.000 | Rp8.904.000 |
5 | Rp10.000.000 | Rp1.296.000 | 40% | Rp518.400 | Rp9.422.000 |
Maka total dari nilai residunya adalah :
= Rp10.000.000 – Rp9.442.000
= Rp560.000
Maka dengan perhitungan metode saldo menurun ganda ini perusahaan tersebut dapat menjual mesin tersebut 5 tahun kedepan dengan harga Rp560.000.
Akuntansi aset tetap merupakan perhitungan kekayaan milik perusahaan maupun suatu lebaga tertentu yang digunakan dalam kegiatan oprasionalnya.