GuruAkuntansi.co.id Kali ini akan membahas tentang pengertian depresiasi beserta metode dan contohnya. Berikut penjelasannya…
Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah alokasi yang dibuat secara sistematis untuk mengecilkan atau mengurangi jumlah aset selama masa manfaat.
Aset tetap ini adalah aset perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional. Setiap tahun, biaya penyusutan timbul untuk aset tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan.
Secara umum penerapan depresiasi atau depresiasi aset tetap terhadap keuangan perusahaan dapat mempengaruhi laporan keuangannya dan juga perubahan dalam pajak penghasilan perusahaan.
Depresiasi sering dipandang sebagai kerugian dalam nilai penghitungan, tetapi bagi seorang akuntan yang memahami laporan keuangan dapat melihat depresiasi sebagai alat untuk alokasi biaya.
Agar lebih memahami maka kami sajikan beberapa definisi depresiasi menurut para ahli sebagai berikut:
Menurut Kleso, Weygant dan Warfield
Depresiasi adalah proses akuntansi untuk mengalokasikan biaya aset berwujud ke dalam biaya sistematis dan nasional terhadap periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aset ini.
Menurut Zaki Baridwan
Depresiasi adalah bagian dari harga perolehan aset tetap yang dialokasikan secara sistematis untuk biaya periode akuntansi.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Depresiasi adalah alokasi jumlah aset yang dapat disusutkan selama estimasi masa manfaat. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan pada pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Metode Depresiasi dalam Akuntansi Bisnis
Di perusahaan ada beberapa metode penyusutan yang umum digunakan. Sesuai dengan definisi penyusutan di atas, yang mengharuskan akuntan untuk menggunakan metode penyusutan yang rasional dan sistematis.
Misalnya dalam studi kasus, perusahaan Anda ingin membeli mesin produksi baru untuk tujuan tertentu, dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Biaya Mesin Produksi Baru = Rp 500 juta
- Perkiraan Manfaat Waktu = 5 tahun
- Nilai Waktu Perkiraan = Rp50 juta
- Usia Produktif = 30 ribu jam
Dari uraian ini, ada beberapa metode penyusutan yang dapat Anda gunakan untuk menghitung biaya penyusutan keuangan perusahaan Anda, termasuk:
1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Metode ini juga disebut Metode Garis Lurus dan merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menghitung biaya penyusutan.
Metode ini berfokus pada penyusutan sebagai fungsi waktu dan bukan fungsi penggunaan.
Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
- Biaya Penyusutan = (Biaya Aset – Nilai Residu): (Periode/Masa Manfaat Aset)
- Beban penyusutan = (Rp 500 juta – Rp 50 juta): 5 = Rp 90 juta
Namun, penggunaan metode ini dianggap kurang realistis karena penggunaan aset yang sama setiap tahun.
Metode ini adalah metode penyusutan yang dipercepat yang memberikan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun awal dan biaya yang lebih rendah pada periode berikutnya.
Fokus utama pada metode ini adalah lebih banyak biaya penyusutan di awal tahun karena aset menurun selama tahun berjalan.
Metode ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu
A. Metode Jumlah Angka Tahun
Perhitungan depresiasi menggunakan fraksi dengan pembilang satu tahun (5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15) dan jumlah tahun menjadi penyebut.
Dalam metode ini, pembilang berkurang dari tahun ke tahun dan penyebutnya tetap (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, dan 1/15). Berikut ilustrasinya:
B. Metode Saldo Menurun
Metode saldo menurun menggunakan biaya penyusutan (dalam persentase) dalam bentuk kelipatan ganda dari metode garis lurus.
Misalnya, tingkat saldo menurun berganda untuk aset 10-tahun akan menjadi 20% (dua kali biaya garis lurus, yaitu 1/10 atau 10%). Berikut ilustrasinya:
3. Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi)
Metode ini mengasumsikan penyusutan sebagai fungsi produktivitas atau penggunaan dan bukan dalam hal berlalunya waktu.
Dengan uraian di atas, menentukan usia penyusutan mesin produksi tidak memiliki masalah tertentu karena penggunaannya relatif mudah diukur.
Misalkan mesin produksi digunakan 4.000 jam di tahun pertama, maka biaya penyusutan dapat dihitung sebagai berikut:
Biaya penyusutan = [(Rp. 500 juta – Rp. 50 juta) x 4.000]: 30 ribu = Rp. 60 juta.
Tetapi metode ini memiliki keterbatasan karena tidak tepat untuk digunakan dalam situasi depresiasi berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.
4. Metode Depresiasi Khusus
Dalam hal depresiasi telah dijelaskan bahwa tujuannya adalah untuk mengetahui penyusutan manfaat dari aset perusahaan.
Tetapi untuk beberapa individu, perusahaan tidak dapat memilih salah satu metode penyusutan di atas karena aset yang terlibat memiliki karakteristik unik atau memerlukan aplikasi khusus.
Ada dua metode khusus yang dapat Anda terapkan pada kasus-kasus ini, yaitu:
- Metode kelompok dan gabungan – sering digunakan pada aset yang cukup homogen dan memiliki fungsi yang hampir sama.
- Metode campuran dan kombinasi – sering diterapkan sesuai dengan keinginan akuntan.
Baca Juga :
- Pengertian COGS (Cost Of Goods Sold)
- Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan
- Akumulasi Biaya Proses Perhitungan
- Laporan Keuangan Perusahaan Dagang
Demikian pembahasan tentang pengertian depresiasi beserta metode dan contohnya. Semoga dapat bermanfaat bagi Anda, dan Terima kasih.