Balance Scorecard (BSC) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Kartu Skor Berimbang merupakan metode penilaian perusahaan yang digunakan sebagai sarana perfomance management. Selain untuk perusahaan, tak jarang penilaian kinerja organisasi dengan menggunakan metode balance scorecard juga kerap dilakukan.
Salah satu aspek balance scorecard adalah efisiensi proses internal. Maksudnya adalah penerapan metode ini bisa digunakan untuk improvisasi atas segala hal yang berkaitan dengan proses internal perusahaan, organisasi, pemerintahan, bahkan bidang militer sekalipun. Nah untuk mengetahui secara lebih lengkap terkait kartu skor berimbang, yuk simak rinciannya berikut.
Pengertian Balance Scorecard
Balance Scorecard adalah metode penilaian, analisa, serta pengukuran kinerja perusahaan yang didasarkan pada 4 perspektif utama. Diantaranya yaitu perspektif keuangan, pembelajaran & pertumbuhan, pelanggan, dan perspektif proses bisnis internal.
Dengan adanya metode ini, maka pihak perusahaan dapat mengevaluasi secara mendalam terkait aktivitas operasional perusahaan dalam ruang lingkup yang kecil apakah sudah sejalan dengan target dan visi misi yang besar.
Pertama kalinya, BSC sudah diterapkan oleh perusahaan bernama Analog Devices di tahun 1987. Dengan penerapan BSC, maka perusahaan dapat lebih fokus untuk meraih pandangan jangka panjang dengan menjalankan sistem manajemen strategis.
Kemudian, sejarah balance scorecard tidak hanya sampai di situ saja. Sekitar tahun 1992, konsep asli dari BSC ditemukan oleh Robert S Kaplan & David P. Norton yang memublikasikannya dalam jurnal dan artikel berjudul “The Balanced Scorecard”.
Sejak saat itu, banyak sekali teori yang berkembang dari Balance Scorecard sehingga Robert S Kaplan & David P. Norton meninjau ulang konsepnya dalam satu dasarwarsa kemudian.
Pada dasarnya, BCS dapat menjadi solusi bagi perusahaan atau organisasi dalam menghadap 2 kondisi finansialnya. Pertama dengan cara mengimplementasikan strategi secara tepat guna, serta mengukur performa perusahaan / organisasi secara lebih efektif & efisien.
Konsep Keseimbangan pada Balanced Scorecard
Dalam mengetahui performa suatu perusahaan, maka konsep kartu skor berimbang terbagi menjadi 3 kategori utama, yaitu:
A. Kesuksesan Finansial & Non Finansial
Sejak awal, kartu skor berimbang memang digunakan untuk mengetahui tingkat performa finansial (keuangan) suatu perusahaan. Dengan begitu, mereka bisa dengan mudah mengatasi kekurangan yang memicu hal tersebut.
Hingga kini, konsep tersebut pun masih digunakan. Namun, tidak hanya menyangkut finansial saja, melainkan beberapa komponen non finansial yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung bagi suatu organisasi atau perusahaan.
B. Performa Indikator Lag & Lead
Dalam akuntansi, kita mengenal dua istilah penting yakni lag dan lead. Indikator lag sendiri berfungsi untuk menampilkan performa suatu perusahaan di waktu lampau. Namun, indikator ini dianggap lemah karena memiliki daya prediktif yang rendah. Contohnya revenue perusahaan ataupun kepuasan para pelanggan.
Lalu untuk indikator lead merupakan indikator yang membaca keberhasilan dari indikator lag. Lead lebih mengacu pada proses yang membuat lag terjadi. Misalnya kepuasan pelanggan adalah indikator lag maka keramahan customer service merupakan indikator lead. Keduanya saling berhubungan satu sama lain.
C. Konstituen Eksternal & Internal
Dalam balanced scorecard, para pelanggan (konsumen) dan share holder akan mempresentasikan konstituen luar (eksternal). Sebaliknya, tim internal perusahaan termasuk para karyawan akan mempresentasikan konstituen dalam (internal).
Keduanya bisa saling berbenturan (kontradiktif) dalam hal implementasi suatu strategi baru. Namun, dengan adanya kartu skor berimbang ini maka kebutuhan antara keduanya dapat diseimbangkan dengan baik.
Perspektif Balance Scorecard (Kartu Skor Berimbang)
Ada empat jenis perspektif utama yang terdapat pada balanced scorecard yang perlu kalian ketahui rinciannya. Berikut ringkasannya:
1. Perspektif Finansial
Seperti yang kita tahu, dalam mengukur performa suatu perusahaan, kita tidak boleh hanya melibatkan aspek finansial. Hal ini karena ia tidak bisa menjadi acuan yang konsisten serta daya prediktif yang rendah. Akibatnya, akan terbentuk silo fungsional yang memperlambat daya pikir jangka panjang.
Karena itu, balanced scorecard berguna sebagai sarana yang dibutuhkan oleh para perusahaan untuk tidak hanya bergantung pada aspek finansial, melainkan juga beberapa strategi baru yang efektif dan berimbang.
Nah dalam perspektif finansial (keuangan) ini, ada beberapa komponen yang terlibat di dalamnya. Contohnya yaitu biaya bahan baku, biaya operasional, biaya produksi, biaya tenaga kerja, dan profit hasil penjualan.
Ada 3 tolak ukur utama dalam menerapkan kartu skor berimbang pada suatu perusahaan terkait perspektif finansial. Diantaranya yaitu:
- Peningkatan produktivitas produksi atau penurunan biaya produksi
- Pertambahan ekuitas selama proses bisnis berjalan
- Optimalisasi strategi investasi sehingga terjadi peningkatan pendapatan
2. Perspektif Proses Bisnis
Proses bisnis yang dimaksud di sini yakni proses bisnis internal yang menyangkut manajemen dan operasional usaha. Perusahaan yang mampu mengevaluasi proses bisnis internal yang sedang dalam masa kritis tentunya dapat survive bahkan meningkatkan potensi usahanya.
Dengan kemampuan menilai tingkat sinergi dari masing – masing unit kerja pada suatu perusahaan, tentunya kondisi internal perusahaan dapat mempertahankan para konsumen serta menarik new customers sesuai dengan segmen market yang telah ditentukan. Cara terbaik yang bisa dilakukan yakni dengan menjaga kinerja para karyawan agar dapat bekerja maksimal sesuai keahliannya.
Nah, identifikasi pengukuran performa dalam proses bisnis ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan “Di bidang apa kita harus unggul dibandingkan perusahaan lainnya”. Dengan menjawab pertanyaan tersebut maka pihak perusahaan dapat menentukan pengukuran performa secara lebih detail.
3. Perspektif Konsumen
Dalam kartu skor berimbang, ada salah satu kategori perspektif yang tak boleh dilupakan, yakni perspektif konsumen. Dengan perspektif ini, maka perusahaan diharapkan dapat menentukan secara jelas segmentasi konsumen dan market yang akan mereka bidik.
Bila sudah, nantinya tinggal menentukan upaya-upaya yang mesti dilakukan tim manajemen operasional untuk meningkatkan kinerja tiap unit yang ada di perusahaan. Sehingga, target penarikan pelanggan baru maupun mempertahankan pelanggan lama dapat tercapai dengan mudah.
Nah, dalam perspektif konsumen ini setidaknya nantinya perusahaan bisa menjawab akan pertanyaan yang berhubungan dengan “Bagaimana pendapat para konsumen terhadap perusahaan dan produk kita, apakah puas ataukah sebaliknya”.
Ada banyak ukuran yang menjadi tolak ukur dalam perspektif konsumen pada balance scorecard. Contohnya yaitu:
- Kepuasan pelanggan
- Profitabilitas pelanggan
- Ingatan pelanggan
- Pelanggan baru
- Segmentasi pelanggan
- Kesetiaan pelanggan
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini jauh lebih kompleks daripada sebelumnya. Hal ini karena perusahaan harus bisa menjawab pertanyaan terkait “Bagaimanakah cara melakukan menciptakan value dan pertumbuhan perusahaan dalam waktu bersamaan”.
Tak hanya bertujuan untuk meraih kepuasan pelanggan atau perbaikan masalah finansial saja, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan juga dapat dijadikan sasaran untuk peningkatan performa perusahaan dalam jangka panjang. Mulai dari penerapan sistem kerja yang baik dan kemampuan kontrol terhadap keseluruhan internal perusahaan.
Setidaknya terdapat 3 tolak ukur yang digunakan dalam perspektif pembelajaran & pertumbuhan, yakni:
- Motivasi / dorongan serta tanggung jawab
- Kemampuan, keahlian, dan kapabilitas karyawan
- Kapabilitas pengelolaan sistem informasi
Itu dia beberapa hal yang mestinya kalian perhatikan terkait balance scorecard atau kartu skor berimbang, tertarik untuk menerapkannya di perusahaan yang kalian miliki?