Sejarah Suku Bugis – Adanya sebuah kelompok etnis dengan wilayah asal Sulawesi Selatan. Tokoh utamanya ialah adat istiadat dan bahasa Bugis, sampai menjadi pendatang Melayu.
Minangkabau, yang telah melakukan dalam sebuah perjalanan ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai administrator dan pedagang di Kerajaan Gowa dan dibudidayakan, juga diklasifikasikan dengan orang Bugis.
Dalam pembahasan kali ini, kami akan menjelaskan secaara lengkap dan jelas yakni mengenai Sejarah Suku Bugis. Untuk ulasan selengkapnya, yuukk… Simak sebagai berikut.
Apa itu Suku Bugis ?
Suku Bugis yakni telah dikenal dalam suatu suku yang memupuk harga diri untuk budayanya. Ini terbukti sebagai masalah yang paling sedikit dan siapa pun pelakunya diperlakukan dengan penuh semangat. Meskipun dalam pelaku tersebut ialah kerabat atau keluarganya sendiri.
Suku Bugis mempunyai suatu budaya unik yang masih ada sampai sekarang. Alasannya adalah bahwa suku yang satu ini mempunyai suatu beragam budaya yang tidak kalah menarik dari suku-suku lain di Sulawesi Selatan.
Terlepas dari era yang semakin modern, budaya suku ini tetap menjadi sorotan yang menarik untuk lebih mengeksplorasi keunikannya. Bugis adalah suku Melayu Deutero. Masuki nusantara yakni setelah adanya suatu gelombang dalam adanya suatu migrasi pertama dari suatu daratan Asia, tepatnya Yunan.
Kata “Bugis” yakni telah berasal dari kata “To Ugi”, yang artinya “Bugis”. Istilah “Ugi” mengacu pada raja pertama kerajaan Cina yang ditemukan di Kabupaten Pammana, Wajo, yakni La Sattumpugi.
Sejarah Bugis
Dalam sebuah catatan sejarah, adanya suatu jumlah orang Bali dan Bugis-Makassar lebih rendah dari orang Jawa. Namun, jumlah ini masih tinggi dibandingkan dengan kelompok etnis lain misalnya Cina, Eropa, dan kelompok Mardiker.
Sebanyak 6.000 orang Makassar dan Bugis menduduki daerah di luar tembok kota Batavia, Ommenlanden dalam abad ke-17. Sebagian besar dari mereka yakni telah bekerja untuk diperbudak.
Dalam sebuah pemerintah Agung menampung Bugis dan Makassar, yang mengunjungi Ommenland, di desa-desa tertentu. Seiring waktu, ada banyak yang menikah dan punya anak, dan ada banyak interaksi antara kelompok etnis.
Di Desa Pulau Gadung, misalnya, ada sebuah desa di abad ke-17 yang dikenal sebagai titik pertemuan berbagai kelompok etnis Indonesia. khususnya di desa Manggadoea, dekat benteng Jaccatra. Desa ini dinamai demikian karena ada dua pohon mangga besar di dekatnya.
Perkembangan Kehidupan Suku-Suku Bugis
Pada sebuah tahap pengembangan, adanya suku Bugis terbentuk dalam komunitas kecil yang didasarkan pada kompilasi tertentu yang memungkinkan kehidupan seperti di sungai atau di laut.
Komunitas kecil tersebut yakni kemudian mengembangkan budaya, bahasa dan karakter. Seiring dengan tumbuhnya komunitas, sistem pemerintahan tumbuh untuk mengatur kebutuhan masyarakat dan melindungi diri dari serangan oleh komunitas lain.
Kerajaan-kerajaan Bugis Klasik terdiri dari Bone, Luwu, Suppa, Soppeng, Sidenreng, Sawitto dan Rappang. Meskipun telah berevolusi, sulit untuk menghindari hubungan interpersonal karena proses pertumbuhan dalam satu kelompok kehidupan di Sulawesi Selatan.
Hal ini disebabkan dengan dua hal, yaitu hubungan perkawinan dan juga sistem kerajaan dan jajahan yang menyebabkan beberapa warga berpartisipasi dalam proses akulturasi budaya antara suku Bugis, Makassar dan Mandar.
Di zaman modern seperti sekarang ini, komunitas Bugis besar dan berdasarkan pada sensus terakhir, yang mencakup 6 juta orang di Luwu, Soppeng, Wajo, Bone, Pinrang, Sidrap, Barru dan Sinjai kabupaten, di mana Kerajaan Luwu adalah yang tertua Kerajaan kemudian dianggap sebagai kerajaan tertua diikuti oleh Cina (Pamanna), Mario (Soppeng) dan Kerajaan Siang (Kepulauan dan Pangkajene).
Baca Juga :
Demikian pembahasan kali ini, kami akan menjelaskan secara lengkap dan jelas yakni mengenai Sejarah Suku Bugis. Semoga ulasan ini, dapat berguna dan bermanfaat bagi Anda semuanya.