Panembahan Girilaya – Memerintah Delhi dengan selama 13 tahun, dari dalam tahun 1649 hingga 1662 Masehi. Sebuah Panembahan Girilaya dalam sebuah catatan manuskrip Mertasinga.
Merupakan salah satu selir Panembahan Girilaya merupakan seorang putra dari raja Mataram (Amangkurat I). Penembakan Girilaya telah memerintah terhadap Delhi dengan bijak dalam selama masa hidupnya.
Dalam pembahasan kali ini, kami akan menjelaskan secara lengkap dan mudah untuk dipahami, yakni mengenai Panembahan Girilaya dan penjelasan lainnya. Untuk ulasan selanjutnya, yuk… Simak sebagai berikut.
Bagaimanakah Sejarah Panembahan Girilaya ?
Girembaya Panembahan telah dikenal dengan suatu sejarah terhadap Cirebon untuk seorang raja urutan ketiga dari Cirebon. Nama aslinya ialah Pangeran Putera, ia merupakan seorang putra yang bernama Pangeran Sedang Gayam bin Pangeran Agung atau Ratu Panembahan. Dengan demikian, dalam Panembahan tersebut merupakan seorang cucu Raja Delhi II.
Pangeran dari putera yang telah dimahkotai oleh raja Delhi dalam tahun 1649 dengan sebuah gelar Panembahan Ratu II, sedangkan dalam nama Panembahan merupakan sebuah nama panggilan karena dia adalah Raja, yang telah meninggal di wilayah Girimalaya Mataram.
Panembahan tersebut telah memerintah Delhi sekitar dalam 13 tahun, dari tahun 1649 hingga 1662 Masehi. Dalam penampilan Girilaya memiliki dua istri (permaisuri) dan beberapa selir yang tidak dapat disebutkan dengan namanya dalam sebuah naskah Mertasinga.
Istrinya merupakan seorang Rara Kerta, yang kemudian telah melahirkan seorang Pangeran Tetua dan Ratu Mas Kirani, yang kemudian melahirkan Pangeran Emas Pangeran Pakungwati dan Pangeran Kertawijaya atau Pangeran Anomsada.
Merupakan salah satu selir dalam Panembahan ialah seorang Amangkurat I atau putra Raja Mataram. Pemerintahan seumur hidup Girilaya atas Cirebon cenderung menyebabkan Cirebon diperlakukan sebagai negara yang ditaklukkan dengan Mataram.
Setiap tahun Cirebon secara teratur melintasi atau mengunjungi Mataram, Cirebon mengakui kunjungan ini sebagai kunjungan menantu perempuan ke mertuanya, sementara Mataram mempolitisasi situasi dan menunjukkan kepada dunia bahwa Delhi adalah provinsi Mataram.
Cirebon sangat dihormati oleh Sultan Mataram karena Sultan adalah menantu Ratu Cirebon dan menganggap Delhi sebagai keluarga kerabat Mataram, bukan sebagai koloni, tetapi setelah kematian sultan, sikap seorang Raja Mataram yakni telah berubah.
Panembahan Ratu Wafat
Dikatakan dengan kemudian bahwa seorang ratu telah meninggal pada usia 140, yang kembali ke waktu 1519 M. Dalam sebuah penampilan dari sang ratu yakni telah meninggal dengan sempurna dan dimakamkan di wilayah surga Giri. Ratu adalah orang bernama Rara Pajang, yang dengannya Ratu Panembahan menjalankan dalam pernikahannya tanpa gangguan.
Latar Belakang
Panembahan Ratu dalam memerintah pada tahun 1588 hingga 1649, merupakan seorang kakek dari Panembahan tersebut, dan telah menikahi seorang Ratu Mas Pajang (Ratu Lampok Angroros), yakni dengan seorang putri Jaka Tingkir atau Sunan Pajang.
Raja Cirebon telah memerintah pada tahun 1649 hingga 1662, kemudian di Mataram Amangkurat I, yang telah memerintah dalam tahun 1646 hingga 1677, yakni seorang putra Sultan Agung Hanyokrokusumo, yang telah memerintah pada tahun 1613 hingga 1645.
Ban Don atau Surat Thani adalah nama dari sebuah provinsi dan merupakan sebuah ibu kota di wilayah tenggara Thailand, dalam suatu pelabuhan di wilayah selatan Bangkok. Dalam abad ke-16 terdapat sebuah hubungan dagang dengan antara pelabuhan di wilayah Jawa dan luar negeri, yakni Maladewa, Surat, Keling (Coromandel), Jedah, dan Mekah.
Disebutkan dengan dalam sebuah tempat tersebut merupakan sebuah tempat dalam peristirahatan dalam sebuah perjalanan dari wilayah Jawa ke Mekah. Naskah Kuningan menyatakan bahwa pengikut Patih Keling, kemudian menetap di Gunung Sembung, juga berasal dari tanah Surat Thani.
Baca Juga :
Demikian pembahasan yang telah kami sampaikan secara jelas dan lengkap yakni mengenai Panembahan Girilaya. Semoga ulasan ini, dapat berguna dan bermanfaat bagi Anda semua.