Sejarah Candi Kalasan – Candi Budha ini mempunyai begitu banyak keunikan dan sebuah nilai dalam sejarah yang tinggi, menjadikannya salah satu tujuan dalam wisata Yogyakarta dan masyarakat sekitarnya.
Sebuah candi ini, akan dipersembahkan sebagai Dewi Tara yang dinding luarnya dilapisi semen antik atau semen kuno. Terletak di Yogyakarta, tidak jauh dari Candi Prambanan.
Bagaimanakah sejarah dalam candi kalasan itu? Dalam pembahasan kali ini, akan menjelaskan mengenai Candi kalasan. Untuk ulasan selanjutnya, simak penjelasan nya sebagai berikut.
Apa itu Candi Kalasan ?
Pengertian Candi Kalasan atau Candi Kalibening adalah warisan budaya yang telah diklasifikasikan sebagai candiBudha. Candi ini memiliki terletak di Desa Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta, Indonesia.
Candi ini mempunyai 52 stupa dan terletak di sisi selatan jalan raya antara Solo dan Yogyakarta pada sekitar 2 km dari Candi Prambanan.
Awalnya, candi Kalasan tersebut telah ditemukan di area situs ini, tetapi setelah penggalian lebih dalam, struktur pendukung lainnya ditemukan di sekitar candi ini. Selain Candi Kalasan dan bangunan luar lainnya, terdapat tiga candi kecil di luar bangunan candi utama dalam bentuk stupa.
Lokasi Candi Kalasan
Situs dalam adanya sebuah Candi Kalasan yakni memiliki letak di dusun Kalibening, di desa Tirtamartani, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kalasan, Yogyakarta atau sekitar pada jarak 15 km sebelah timur Yogyakarta. Candi Kalasan begitu mudah untuk diakses dari Solo atau Yogyakarta karena terletak di Jalan Jogja-Solo km 13.
Terdapat juga menggunakan sebuah transportasi umum atau kendaraan pribadi. Jika Anda berangkat dari arah Candi Prambanan, Anda hanya perlu berkendara 2 km. Bangunan candi juga dapat dilihat dari jalan utama, tetapi Anda harus memasuki lorong sekitar 20 meter.
Sejarah Candi Kalasan
Dalam sejarah atau dalam kisah terhadap candi Kalasan diketahui dari prasasti Kalasan, yang dibuat pada 778 M atau 700 tahun setelah Saka menggunakan bahasa Sansekerta dan Pranagari. Dalam prasasti itu diketahui bahwa Raja Tejapurnama Penangkarana atau Rakai Panangkaran diminta oleh penasihat spiritual untuk mendirikan tempat suci untuk menyembah Dewi Tara dan membangun sebuah biara untuk kediaman biksu Budha.
Selain itu, diketahui bahwa Rakai Panangkaran dari dinasti Sanjaya Hindu menikahi Dyah Pramodya Wardhani dari Dinasti Syailendra Buddha. Hingga Rakai Panangkaran akhirnya membangun sebuah candi sebagai menyembah Tara, candi Kalasan. Karena bangunan itu dimakan usia tua, bentuk candi tidak lagi utuh, sehingga dieksekusi beberapa kali. Hanya saja bangunan candi tidak sama dengan yang asli, telah mengingat begitu banyak pada beberapa bagian yang telah rusak.
Bentuk Candi Kalasan
Dalam candi Kalasan mempunyai sebuah lapisan untuk menutup candi yang disebut sebagai Bajralepa, sejenis plester pada ukiran batu halus. Detail dekorasi Bajralepa ini, yang merupakan salah satu fitur dari Candi Kalasan, yang juga ada di Candi Sari.
Dalam adanya sebuah denah terdapat candi Kalasan yang memiliki sebuah bentuk bujur sangkar. Atapnya segi delapan dan bentuknya adalah Dagoba (Stupa). Situasinya sangat rusak. Hanya bagian selatan yang masih utuh. Disebutkan, di bilik tengah ada patung perunggu setinggi 6 meter, yang hilang hari ini. Sementara ketiga kamar kosong.
Tubuh dan atap candi dihiasi dengan ukiran yang indah. Terdiri dari relung, sulur, patung Buddha, Dagoba-Dagoba dan patung Gana, kurcaci yang luar biasa yang biasanya memikul barang-barang.
Mengacu pada ornamen ini, Bernet Kempers dalam bukunya Indonesia During the Hindu Era, halaman 25, menyebutkan bahwa metode membuat hiasan yang cantik dan menggoda ini menunjukkan bahwa pada saat membuat candi ini, para pemahat dan stuccoer yang sangat cakap ada.
Bangunan candi yang sekarang terlihat telah ditemukan sebagai bangunan yang lebih tua. Karena itu, beberapa ahli mengatakan bahwa bangunan yang ada merupakan bangunan tambahan sekitar abad ke-9. Bangunan aslinya jauh lebih tua.
Di kaki candi adalah Makara. Ada ornamen vas di sekitar kaki. Tubuh candi adalah bujur sangkar tempat penampil menonjol di tengah halaman. Dilengkapi dengan Tahta yang didekorasi dengan Singha, dia berdiri di belakang gajah-Sekeor.
Di bagian luar kuil adalah ceruk yang menggambarkan dewa dengan bunga lotus. Di setiap pintu masuk ada hiasan kepala memegang kuncup bunga di tangannya. Pohon para dewa berdiri di atasnya dan penduduk surga memainkan suara seperti drum, cangkang, biola, dan cemara.
Baca Juga :
Demikian pembahasan yang dapat kami sampaikan mengenai Sejarah Candi Kalasan. Semoga ulasan kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi Anda semua.