Memahami Konsep Umum Waralaba – Memiliki sistem yang jelas dalam sebuah bisnis adalah harapan setiap pengusaha.
Dengan sistem yang jelas, maka akan semakin banyak waktu yang dapat diluangkan pengusaha pada urusan lain diluar bisnisnya.
Dalam proses pengembangannya, sebuah sistem tentu membutuhkan waktu pengembangan dan melewati berbagai proses uji coba yang tidak sedikit menemui kegagalan.
Dari proses tersebut, sebuah sistem yang sudah valid tentu memiliki nilai ekonomis tersendiri bagi pengusaha.
Konsep Umum Waralaba Sebagai Metode Duplikasi Sistem
Perjalanan sejarah membawa manusia memanfaatkan sistem yang telah valid dalam sebuah bisnis agar bisa diduplikasi atau digandakan.
Pengalaman dan berbagai proses uji coba dari sebuah sistem usaha dirangkum dalam dokumentasi yang baik untuk keperluan ekspansi bisnis.
Salah satu upaya yang ditempuh beberapa brand ternama untuk mengembangkan bisnisnya secara efisien adalah dengan menjual sistem yang telah teruji tersebut kepada pihak diluar bisnis utamanya.
Hal tersebut merupakan konsep umum waralaba yang dikenal masyarakat saat ini dan telah dilakukan berbagai brand dari banyak bidang di dunia.
Diantara brand yang telah dikenal publik antara lain sebagai berikut.
- Makanan dan Minuman, seperti:
- McDonald’s,
- Starbucks,
- KFC, dan
- lainnya
- Bidang Retail, seperti:
- Indomaret,
- Alfamart, dan
- lainnya.
Konsep Umum Waralaba
Dalam perkembangannya, waralaba tidak hanya menjadi proses jual-beli putus atas sistem usaha yang telah valid.
Agenda jual-beli tersebut juga menunjang agar sistem yang menjadi objek transaksi dapat benar-benar dijalankan oleh pembelinya.
Sehingga waralaba lambat-laun tumbuh menjadi konsep kerjasama jangka panjang yang saling menguntungkan antara pihak pemberi waralaba dan pihak penerima waralaba.
Hal tersebut menjadi alasan sebuah waralaba juga disebut sebagai sistem kemitraan usaha.
Konsep Umum Waralaba – Supplai Produk dan Bahan Baku
Waralaba tidak hanya menjual dokumen resep ataupun panduan tertulis dari pengelolaan bisnis.
Dalam konsep yang umum berjalan di masyarakat, pihak pemberi waralaba juga bertanggung jawab untuk memasok bahan baku ataupun produk dari bisnis waralaba.
Hal ini mendukung penerima waralaba untuk dapat fokus pada operasional usahanya tanpa mengkhawatirkan kualitas dari bahan baku atau produk.
Konsep Umum Waralaba – Menggunakan Brand Induk
Selama kemitraan berlangsung, umumnya penerima waralaba akan tetap menggunakan brand inti dari pemberi waralaba.
Hal ini ditujukan untuk memanfaatkan brand yang sudah lebih dulu terbangun oleh pemberi waralaba.
Sehingga bisnis penerima waralaba dapat langsung teridentifikasi calon konsumen tanpa proses branding ulang.
Konsep Umum Waralaba – Pengembangan Bisnis
Sebuah kemitraan yang sehat tentunya memiliki itikad baik dalam pengembangan bisnis bersama untuk mencapai keuntungan sebanyak-banyaknya.
Untuk itu pemberi waralaba tentu bekerja di balik layar dalam menciptakan terobosan-terobosan baru di berbagai sektor untuk kemajuan para penerima waralabanya.
Terobosan tersebut meliputi sektor pemasaran, pengembangan produk, manajemen operasional, dan sektor lainnya.
Menimbang Untung-Rugi Waralaba
Apapun format bisnis yang dijalankan, tentu memiliki potensi dan resiko yang harus dihadapi.
Begitu juga dengan waralaba yang dalam aplikasinya melibatkan pemberi dan penerima waralaba.
Untung-Rugi Pemberi Waralaba
Sebagai pemberi waralaba, pihak pemilik brand menghadapi resiko bisnis yang tidak dihadapi oleh pelaku usaha lainnya.
Faktor resiko terbesar dalam sistem waralaba salah satunya adalah kredibilitas dari mitra penerima waralaba.
Bermitra dalam konsep waralaba berarti secara tidak langsung bersama-sama memiliki bisnis tersebut.
Menemukan mitra yang memiliki rasa cinta terhadap brand waralaba tentu menyenangkan, namun tidak sedikit pihak yang bersikap berlawanan.
Sikap yang tidak bertanggung jawab seperti kecurangan pelayanan kepada pelanggan ataupun tindak melanggar norma sosial dari oknum penerima waralaba dapat berdampak pada induk brand pemberi waralaba.
Meski umumnya kasus tersebut hanya berdampak pada skala kecil, namun bukan tidak mungkin hal tersebut dapat berkembang menjadi masalah serius bagi brand pemberi waralaba.
Jika terjadi kendala serius, tentu mitra penerima waralaba lainnya akan turut terdampak image buruk dan beresiko mengguncang bisnis secara keseluruhan.
Pemberi waralaba dapat mereduksi resiko tersebut melalu pembangunan sisitem operasional yang semakin ketat dari waktu ke waktu.
Di sisi lain, pemberi waralaba mendapatkan keuntungan melalui biaya akuisisi yang diterima dari penerima waralaba pada awal kesepakatan.
Dalam jangka panjang, pemberi waralaba juga mendapat keuntungan secara kontinyu dari supplai produk kepada mitra penerima waralaba.
Rutinitas supplai tersebut menjadikan pemberi waralaba biasanya bisa mengembangkan usaha baru di bidang logistik dan ekspedisi untuk memenuhi kebutuhan mitranya.
Pemberi waralaba juga terbantu dalam hal branding yang tersebar secara otomatis melalui mitra penerima waralaba.
Keuntungan tersebut tentu menjadi faktor efisiensi yang baik bagi perusahaan pemberi waralaba.
Untung-Rugi Penerima Waralaba
Penerima waralaba mengalami perjalanan bisnis yang berbeda dari pemberi waralaba dalam konsep kemitraan yang umumnya berjalan.
Di awal kemitraan, calon penerima waralaba tentu harus mengeluarkan jumlah biaya akuisisi yang umumnya tidak sedikit.
Selain itu, penerima waralaba juga harus menggunakan brand induk dari pemberi waralaba sebab akan membutuhkan waktu dan biaya tambahan jika memulai proses branding dari awal kembali.
Dalam kemitraan modern, penerima waralaba juga harus patuh pada kebijakan pengembangan yang ditentukan oleh pemberi waralaba.
Penerima waralaba juga nyaris tidak mungkin mengembangkan sendiri bisnisnya tanpa keterlibatan pemberi waralaba.
Meski begitu, penerima waralaba akan benar-benar menghemat waktu dibandingkan harus mengembangkan bisnis sendiri dari awal.
Dari segi biaya, penerima waralaba juga tentu mendapat keuntungan besar dengan tidak perlu melakukan risetnya sendiri.
Serta dalam faktor operasional, penerima waralaba tidak perlu khawatir akan sektor suplai dan operasional yang umumnya didukung penuh oleh pemberi waralaba.
Pemanfaatan Waralaba
Konsep waralaba baiknya dikembangkan jika sebuah brand sudah benar-benar memiliki sistem yang jelas di berbagai sektornya.
Beberapa sektor yang menjadi perhatian utama antara lain:
- Supplai bahan baku,
- Pemanfaatan peralatan,
- Pembangunan SOP,
- Manajerial, dan
- Pemasaran.
Brand seperti Indomaret atau Alfamart membutuhkan waktu yang cukup panjang sebelum akhirnya bisa menjual waralaba ke berbagai pihak seperti saat ini.
Jika konsep waralaba diadaptasi saat dalam tahap “coba-coba”, tentu keputusan tersebut akan menjadi pilihan yang sangat beresiko.
Di tahap yang serius, kegagalan waralaba dapat menjadi portfolio buruk dari pengembangnya.
Sementara calon penerima waralaba baiknya memenuhi beberapa kriteria berikut sebelum mengakuisisi:
- Memiliki modal akuisisi bukan utang,
- Memahami analisa bisnis dasar, dan
- Disiplin dengan kesepakatan.
Mengakuisisi waralaba dengan modal utang dapat beresiko bagi personal, badan usaha, dan bisnisnya sendiri.
Secara bersamaan, calon penerima waralaba dapat memposisikan kemitraannya sebagai sumber pemasukan pasif yang menjadikan dirinya minim keterlibatan dalam operasionalnya.